Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ dan melayani publik di Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Peluang Bisnis di Seputar Kendaraan Listrik di Indonesia

6 Oktober 2023   22:55 Diperbarui: 7 Oktober 2023   04:48 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kendaraan listrik (Foto: Kompas/Stanly Ravel)

Peningkatan minat terhadap kendaraan listrik (electric vehicle) di dunia membuka peluang investasi yang besar. Situs EV-Volumes menyebutkan penjualan electric vehicle, atau yang sering disingkat EV, di seluruh dunia pada tahun 2022 mencapai 10,5 juta unit. Jumlah ini naik 55% dari penjualan di tahun 2021.

EV yang dimaksud adalah battery electric vehicles (BEVs) juga tipe plug-in hybrid electric vehicles (PHEVs).

Di Indonesia, situs Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) mencatat angka 15.437 unit EV yang terjual sepanjang tahun 2022. Penjualan ini juga melonjak dari tahun 2021 yang hanya 3.193 unit.

Peningkatan penjualan EV ini sejalan dengan komitmen pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi kerusakan lingkungan, salah satunya dengan penggunaan new renewable energy atau energi baru terbarukan. Salah satu kesepakatan dalam konferensi iklim dunia (COP26) di Glasgow, Skotlandia November 2021 lalu adalah mengurangi emisi karbon secara signifikan pada tahun 2030 dan net zero carbon (bumi bersih dari emisi karbon) pada tahun 2050.

Untuk mewujudkan net zero carbon, pengalihan ke kendaraan listrik adalah jalan utamanya. Kendaraan konvensional, termasuk pesawat, yang menggunakan bahan bakar minyak dan gas menghasilkan emisi karbon yang besar. Emisi terbanyak yang dihasilkan kendaraan adalah karbon dioksida, kemudian metana dan nitro oksida.

Rantai pasok

Penggunaani EV menciptakan rantai bisnis, mulai dari bahan baku produksi, manufaktur unit kendaraan, teknologi yang disertakan, stasiun pengisian, hingga suku cadang. Produksi kendaraan listrik membutuhkan material seperti semiconductor chips, light detection and ranging sensors, and baterai. Komponen baterai terdiri dari bahan baku lithium dan cobalt.

Komponen-komponen tersebut merupakan rantai pasok yang diproduksi pihak lain untuk kebutuhan pabrik EV. Misalnya Panasonic yang memproduksi rechargeable batteries, car, avionic systems, and business systems.

Denso mengembangkan bermacam komponen kendaraan seperti climate control systems, instrument clusters, airbag systems, pre-crash radar systems, and spark plugs.

Amara Raja, spesialis bisnis baterai, infrastruktur, produksi power system, manufaktur produk elektronik, dan fabrikasi produk lembaran logam. Kemudian CATL yang merupakan produsen baterai lithium terbesar di dunia.

Baterai adalah komponen utama bagi EV. Baterai EV menyumbang hingga 50% dari harga kendaraan tersebut dan pasokannya menjadi tantangan besar bagi industri EV. Nikel, kobalt, litium, grafit, dan Tembaga adalah bahan utama pembuatan baterai.

Bahan baku baterai tersebut  dihasilkan dari daerah Afrika selatan, Amerika selatan, Australia, dan  Indonesia sendiri. Saat ini bahan baku itu mayoritas diproses di Cina baru kemudian dikirim ke berbagai pabrik EV.

Peningkatan permintaan EV yang cepat akan meningkatan kapasitas seluruh rantai nilai EV. Pasar untuk sel-sel baterai diperkirakan akan tumbuh lebih dari 20 persen per tahun hingga 2030, yang mencapai setidaknya $ 360 miliar secara global.

Peluang investasi

Indonesia memiliki peluang investasi besar terkait EV karena memiliki sumber daya alam nikel dan kobalt. World Atlas menempatkan Indonesia sebagai penghasil Nikel terbesar di dunia.

Menurut Badan Survei Geologi AS (USGS), 48% produksi nikel ada di Indonesia. Jika produksi nikel dunia pada tahun 2022 sekitar 3,3 juta metrik ton, maka produksi di Indonesia bisa mencapai 1,6 juta metrik ton.

Pemerintah Indonesia kemudian membatasi ekspor bahan baku, gantinya, mendorong pertumbuhan industri hilir. Pabrik baterai, suku cadang, dan perakitan EV pun jadi peluang bisnis di dalam negeri. Beberapa peluang bisnis di seputar industri EV adalah:

1. Assembly (perakitan)

Indonesia punya peluang besar sebagai produsen EV mengingat sumber daya nikel dan kobalt yang besar. Dengan pembatasan ekspor bahan baku yang diterapkan pemerintah dan pada saat yang sama, instentif terhadap investasi di industri EV, maka pabrikan EV akan lebih beruntung jika membuka pabriknya di Indonesia.

2. Charging point (pengisian baterai)

Pertambahan EV pasti membutuhkan lebih banyak pengisian baterai (charging point) seperti gas station pada mobil berbahan bakar minyak. Pembangunan charging point ini bisa dilihat dari dua sisi. Sisi pertama adalah membangun charging point di lokasi unit bisnis yang telah ada seperti kafe atau supermarket. Sisi kedua, justru dengan adanya charging point maka terbuka peluang bisnis pelengkap seperti kafe, minimarket, atau bisnis jasa lainnya di sekitarnya.

3. Bengkel dan distributor suku cadang

Sama seperti kendaraan bermotor lainnya, EV juga memerlukan banyak bengkel hingga penjualan suku cadang. Bahkan charging point juga memerlukan perawatan dan pergantian suku cadang. Bengkel erat kaitannya dengan distributor suku cadang sehingga keduanya menjadi peluang bisnis.

4. Daur ulang baterai

Daur ulang baterai adalah salah satu bisnis yang akan berkembang pesat dalam industri EV. Produksi ini menjadi pilihan menarik bagi pengguna EV karena harganya yang lebih murah. Pada saat yang sama, margin keuntungan bisnis daur ulang relatif besar.

5. Power bank

Power bank juga menjadi peluang bisnis menarik. Seperti peralatan elektronik lainnya, cadangan energi baterai juga dibutuhkan EV dalam keadaan tertentu, misalnya perjalanan jauh. Power bank menjadi pilihan yang populer karena prinsip portable-nya.

6. Third party manufactur (produsen pihak ketiga)

Inovasi teknologi suku cadang dan aksesoris EV akan berkembang seiring penambahan pemakaian EV. Selain inovatif dan unik, barang-barang produksi third party lazimnya terjangkau secara umum. Faktor harga dan keunikan ini sangat digemari oleh pasar Indonesia.

Lokasi

Pilihan lokasi untuk industri baterai EV bisa di Pulau Sulawesi atau Papua, sebab 90% cadangan nickel Indonesia berada di sana. Menurut Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, cadangan nikel Indonesia diperkirakan mencapai 72 juta ton nikel. Di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara diperkirakan sebesar 2,6 miliar ton bijih nikel, Maluku Utara 1,4 miliar ton, serta Papua dan Papua Barat yang diperkirakan mencapai 0,06 miliar ton.

Untuk pemasaran EV maka Jawa dan Sumatra menjadi pasar utama. Selain fakta jumlah populasi, kota-kota modern banyak berada di Jawa dan Sumatra. Kota-kota yang padat dengan tingkat ekonomi yang tinggi merupakan pasar terbaik bagi EV.

Jakarta, Surabaya, Bandung, Bekasi, Depok, dan Tangerang adalah kota-kota di pulau Jawa yang berpenduduk di atas 2 juta orang. Sementara di Sumatera ada Medan (2,7 juta) dan Palembang (1,5 juta penduduk).

ION Mobility, Produsen sepeda motor listrik yang berbasis di Singapura, sudah menetapkan investasi mereka di Cikarang, Jawa Barat, pada tahun 2023. Pabrik di Cikarang akan memproduksi battery pack sementara perakitan dikerjasamakan dengan TVSM Indo di pabrik mereka di Karawang, Jawa Barat.

Indonesia juga telah menawarkan prospek investasi kepada Tesla dan produsen baterai, Foxconn dan Britishvolt. Sementara perusahaan yang sudah menetapkan investasi di Indonesia antara lain LG, 8,9 miliar dolas AS dan CATL, 5,2 miliar dolar AS.

Pasar dan sumber bahan baku yang besar menjadi keunggulan Indonesia untuk menjadi pemain penting dalam industri EV. Selain itu, dukungan pemerintah melalui kebijakan yang tepat akan meningkatkan daya saing dalam menarik investasi.

Pengaruh kebijakan pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk mendorong pergeseran kendaraan ke EV. Presiden telah mengeluarkan Instruksi Nomor 7 Tahun 2022 yang mewajibkan instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengadopsi kendaraan listrik berbasis baterai (battery electic vehicle/BEV) sebagai kendaraan dinas operasional atau kendaraan perorangan dinas.

Pemerintah Indonesia juga memberikan potongan pajak EV melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021. Pajak yang perlu dibayar hanya sebesar 10% dari pajak sesungguhnya (2% dari harga kendaraan).

Saat ini pemerintah sedang menganalisis subsidi terhadap pajak pertambahan nilai EV berbasis baterai (BEV). Wacananya, kendaraan motor hanya disubsidi 7 juta rupiah dan mobil hanya dikenakan 1% dari PPn. Kebijakan-kebijakan ini diharapkan mendorong pertumbuhan produksi EV di Indonesia yang pada akhirnya meningkatkan beragam bisnis terkait lainnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun