Ardi dan Aulia akhirnya menjalin kasih, lelaki sederhana penuh semangat yang telah hampir dua bulan lamanya mendekati Aulia, gadis polos yang memiliki perasaan sangat mudah tersentuh. Tidak ada hal special malam itu, mereka duduk berdua, segelas kopi dihadapan Ardi dan Jus alpukat berwarna hijau muda tepat dihadapan Aulia di sudut café kecil tepat dibelakang kampus mereka.
Mereka begitu canggung, Aulia lebih sering tertunduk malu, Ia tak berani lagi menatap mata ardi setelah ia menjawab pengakuan ardi.
Malam itu adalah momen yang sangat berbahagia bagi mereka berdua, bagaimana tidak setelah luls dari SMA yang sama mereka berhasil masuk di Universitas yang sama pula, ditambah lagi hari itu mereka telah resmi menjalin kasih setelah hampir 2 bulan lamanya mereka saling pendekatan.
Belum pukul 8 mereka meninggalkan kafe, Ardi memutuskan berjalan-jalan mencari angin. Malam minggu seperti ini memang biasanya jalan-jalan disekitaran kampus begitu ramai, ada taman disana yang dipenuhi kerlip lampu berwarna warni disepanjang jalan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki, ditepian jalan berjejer bangku panjang yang dibelakangnya ada lampu dengan tiang menjulang tinggi. Malam itu begitu romantis terasa, sebab bagaimanapun kondisinya jikalau pasangan baru tetap akan merasa romantis di hari pertama berkencan.
Mereka memutuskan untuk duduk disalah satu bangku panjang taman itu, dibawah sorot lampu jalan dan kerlip lampu berwarna warni, malam itu bulan tak kelihatan dengan jelas, terttup oleh rindangnya pohon ditaman itu.
“Sejak kapan kamu menyukaiku?” Aulia membuka percakapan mereka setelah hampir 10 menit duduk dan hanya saling senyum malu-malu.
“ah, eh,,, iya kenapa?” Ardi tersentak,
“aku tadi nanya, kamu suka aku sejak kapan?”
“kok gitu sih pertanyaannya, sulit tuh dijawab”
Mereka menghabiskan malam itu dengan pertanyaan-pertanyaan konyol tentang mereka berdua, tertawa dan tersenyum bersama.
****
“buset, aku terlambat” ardi terbangun kemudian menepuk jidatnya setelah melihat jam didinding kamarnya sudah pukul 9 pagi, bergegas Ia mandi kemudian berlari kekampus. Memang ardi tinggal di kosan yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusnya.
“eh yud, ngapain disini bengong”
“duduk-duduk aja, memangnya kenapa?
“kamu gak masuk?”
“masuk apaan, dosen aja gak masuk”
Ardi menghela napasnya panjang, hampir ia tak bernapas hanya karena takut tidak dibiarkan masuk oleh sang dosen.
“bentar kuliah jam berapa lagi?”
“jam 3 an tuh”
“ke kantin yuk, belum sarapan nih”
“ah baiklah,”
Mereka berjalan menyusuri lorong kampus, dua sahabat yang telah akrab padahal baru saja berkenalan seminggu lalu saat kuliah perdana mereka di kelas. Mereka pusing memilih meja, hampir semuanya terisi, akhirnya yudi memutuskan untuk membeli es teh saja kemudian nongkrong dibawah pohon, dikampus memang pohonnya lebat-lebat, teduh dan sejuk apalagi saat masih pagi, udara masih sangat segar.
Belum ardi sempat terduduk, yudi menarik tangannya untuk segera duduk disebelahnya.
“eh Di, liat tuh disana”
Yudi menatap dengan senyumnya, seorang gadis yang sedang terduduk sendiri dibawah pohon yang searah dengan pohon tempat mereka duduk. Gadis manis yang rambutnya terurai, dengan lesung pipi yang muncul ketika Ia tersenyum.
“ah,,, aku jatuh cinta Di,, aku menyukainya”
“ah, itu baru suka saja, belum cinta, belum juga kau tau orangnya bagaimana”
“jstru itu di, aku bertemu dengannya sejak pertama kali kita masuk kampus, aku benar-benar menyukainya”
“tuh kan aku bilang, baru suka belum cinta”
“ah sama saja, jangan terlalu dibuat ribet”
Tak lama kemudian gadis itu beranjak, mata yudi terus mengikuti arah gadis itu pergi hingga ia menghilang dibalik pohon besar yang tepat berada didelakang jalan.
“sepertinya kamu benar-benar menyukainya”
“iya, memang benar tadi aku sudah bilang, kau kira aku bercanda”
“jangan terlalu dipaksakan, dia cantik loh, jarang ada cewek secantik dia yang belum punya pacar”
“ah biarkan saja, toh itu masih belum pasti, mungkin saja dia belum punya”
“ah ya sudahlah, kamu sudah kerjain tugas belum?”
Hingga siang mereka berdua duduk sambil bercanda dibawah pohon besar itu, matahari berada tepat diatas ubun-ubun, sinarnya mulai menyentuh kedua orang itu, mereka kemudian beranjak menuju ruang kelas tempat mereka akan berkuliah.
****
“halo, di, kamu dimana?”
“di kosan nih, kenapa?”
“nongkrong yuk, bosan nih”
“kemana?”
“ke café deket kampus aja, aku jemput sekarang” tututtt… telepon ardi terputus.
Tak lama yudi pun datang, ardi telah bersiap-siap.
“wah kamu keren banget malam ini,” puji ardi kepada sahabatnya itu, yudi memang memiliki wajah yang ckup tampan, kulitnya putih dan tubuhnya sangat proporsional, apapun yang dikenakannya akan terlihat keren.
“ah sudahlah, tak usah memujiku, aku tak butuh pujian laki-laki, aku masih normal” timpal yudi kemudian mereka tertawa berdua
Yudi memarkir motor matic hitam miliknya, kemudian mereka berdua masuk kedalam café,
“kan enak kalau malam-malam gini kita ngopi” ucap yudi sambil memasuki café
Tiba-tiba kaki yudi terhenti,
“kenapa yud?”
Yudi terdiam, tak menggubris pertanyaan ardi, ia terus saja melihat kedepan tanpa berkedip. Terlihat disana seorang gadis yang telah ia sukai, gadis berlesung pipi. Dadanya berdegup begitu cepat, beberapa titik air membasahi dahinya.
“Di, kita duduk disana yuk, aku mau kenalan dengan”
“serius?”
“iya aku sangat-sangat serius”
Mereka berdua berjalan perlahan menuju meja yang telah di isi oleh gadis lesung pipi yang begit disukai Yudi.
“kami bisa duduk disini”
Gadis itu menatap kedua lelaki yang berada tepat dihadapannya. Ardi mengedipkan mata kepada gadis itu tanpa sepengetahan yudi.
“eh iya, gak papa, silahkan duduk”
“eh aku Yudi dan ini temanku Ardi” yudi menyodorkan tangan untuk berjabat tangan kemudian disusul Ardi.
“oh iya, aku Aulia”.
Chunk Nd
Makassar, 28 April 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI