Hhh...
Puji jadi sedih.
Dia benar-benar merasa tidak bisa berpikir kreatif untuk bisa memenangkan taruhan ini.
Kenapa juga ia menerima taruhan ini ya? Kenapa dia nggak bisa menolak saja? Takut banget apa ya dirinya kepada Jesi?
"Jangan sedih gitu dong, Ji...," hibur Feni begitu melihat sobat baiknya itu murung terus.
"Gimana aku nggak sedih, Fen. Ini kan udah hari Senin dan aku belum tahu mesti gimana untuk memenangkan taruhan ini." Puji merunduk. Angin nakal yang menghempaskan sedikit kerudung putihnya, ia biarkan.
"Pasti ada jalan kok, Ji." Feni merangkul sobatnya itu, sedikit memberi dukungan.
"Tapi, apa?"
Feni mengangkat bahu. "Aku juga belum tahu. Tapi, aku yakin pasti bisa."
Puji tidak menanggapi lagi. Dalam hati dia berharap semoga keyakinan itu benar terjadi.
^^^^^