Rabu siang sepulang sekolah ini, seperti biasa Puji menjaga kios koran dan majalah milik Pamannya. Meski ada PR Matematika, Puji tetap melaksanakan tugasnya itu. Sengaja ia bawa PR Matematikanya ke kios untuk dikerjakan di sana. Toh, tidak mengganggu pekerjaannya.
Sembari beberes atas tumpukan majalah yang ada, matanya tertuju pada sebuah majalah wanita yang minggu ini ternyata memberi bonus sebuah tas. Tas putih yang kelihatannya termasuk jenis tas tembus pandang. Puji ingin melihatnya, tapi nggak mungkin karena terbungkus plastik bersama majalah-majalahnya. Puji hanya bisa melihat-lihat saja dari luar.
Mendadak dia jadi punya ide.
Bagus juga ide tersebut biar bisa memenangkan taruhan dengan Jesi.
Tapi...
Apa mungkin kali ini Pamannya mau memberikan edisi majalah itu untuknya? Soalnya harganya kan tidak seharga biasanya karena bonus tas itu. Lebih mahal. Pasti Pamannya tidak akan mau begitu saja memberi.
Puji menarik nafas. Sementara matanya menatap penuh keinginan untuk boleh melihat bentuk tas itu. Sampai-sampai dia tidak sadar kalau ada yang menowelnya dari belakang.
"Dik Puji. Dik..." Suara yang menowelnya terdengar dari belakang telinganya.
"Eh... Oh..." Puji terkaget-kager sendiri. Segera ia memutar tubuh. "Eh, Teh Rani. Maaf, Teh saya ngelamun tadi. Ada yang bisa saya bantu?"
Yang dipanggil Teh Rani tadi tersenyum. "Kemarin saya sudah bilang pada Pamanmu mau membeli majalah wanita edisi terbaru. Karena saya sibuk, baru sekarang saya mau ambil.
"O iya, tadi Paman pesan kalau ada Teh Rani, saya diminta menyerahkan majalah ini." Puji memberikan majalah yang dimaksud. Tak lama terjadi transaksi jual beli majalah tersebut. "Bonus tasnya kayaknya bagus ya, Teh? Pasti nggak dijual di tempat umum."