Jesi minta Puji berpenampilan beda minggu depan. Apa saja bentuk tampilan bedanya itu yang penting beda.
Jesi menganggap penampilan Puji selama ini nggak gaul. Cenderung norak. Jadi, Jesi ingin Puji bisa lain dari yang lain. Katanya nih, di jaman canggih seperti sekarang mestinya cewek kayak Puji juga ikutan canggih dalam penampilan.
Karena hal itu maka kalau sampai Puji nggak bisa berpenampilan lain seperti yang diinginkan itu, Puji wajib mentraktir Jesi makan dan nonton!
Waaaa...
Jangankan untuk mentraktir, untuk menambah uang jajan saja Puji harus cari sambilan dengan menjadi penjaga tempat jual koran dan majalah yang dimiliki Pamannya. Tiap pulang sekolah dan hari libur, Puji memang menjaga kios koran yang dimiliki Pamannya itu.
Hasilnya lumayan. Tiap bulan dia nggak perlu minta uang tambahan untuk jajan atau kebutuhan pribadinya. Bapak Puji kan hanya seorang pesuruh di sebuah toko dekat pasar. Sementara Ibunya tukang cuci panggilan di kampungnya. Adik Puji masih ada dua dan kakaknya masih sedang mencari kerja selepas ikut kursus komputer tahun lalu.
Jadi, kalau Jesi memintanya mentraktir makan dan nonton, entah bagaimana Puji harus mencari duit untuk itu. Apalagi boleh dibilang ini urusan pribadinya saja. Masa iya dia harus melibatkan orang tuanya untuk membantu?
"Kerudungmu saja yang diganti, Ji," usul Fani, teman sebangkunya. Fani memang tahu apa yang tengah terjadi dengan Puji.
"Ganti gimana?" Puji bertanya balik.
"Ya, pakai warna pink muda kek atau krem atau apalah..."
Puji membalikkan arah duduknya. "Fan..., di sekolahan kita kan yang make jilbab Cuma boleh berwarna putih. Kalau mau make warna-warna lain hanya boleh untuk kegiatan di luar jam sekolah. Jadi, nggak mungkin dong aku make kerudung warna-warna pas jam sekolah."