Seandainya aku bisa, tentunya sangat menyenangkan jika aku bisa membuktikan yang diceritakan Ayah itu. Sekaligus menunggui perempuanku satu itu. Mengantar jemput dan mendukung demonstrasi kenaikan upah untuk perbaikan hidupnya.
Tapi, bagaimana mungkin?
Tatap mataku kembali tertuju pada dua perempuan di bawah sana. Mereka masih asyik bercengkerama. Betapa riangnya. Mungkinkah mereka mendapatkan kebahagiaan sebelumnya?
Sekilas kepala perempuan itu mengarah ke jendelaku ini. Aku terkaget-kaget dibuatnya. Tidak menyangka ia mau menoleh sejenak meski aku tak yakin matanya juga mengarah ke sini.
 Ah, ini adalah kali pertama kepala perempuan itu sedikit mengarah ke arahku.
Dan, oh Gusti... Giginya sangat putih berjejer rapi. Senyumnya jadi begitu manis dan memunculkan keharuman lain dari pesonanya yang tak habis kukagumi.
Dia sungguh-sungguh perempuan memesona.
Adakah aku diberi kesempatan buat lebih mengenalnya.
^^^^^
Hidup memang telah diatur oleh Sang Maha Pengatur.
Kehadiran manusia seperti diskenariokan tak habis olehNya. Kelahiran, pertemuan dan perpisahan memang sungguh menjadi bagian tak terpisahkan. Bila semuanya harus hadir, tak ada yang mampu menolaknya bahkan meminta ijin untuk sekadar mengulur waktu.