Sejak ketemu Rudy kemaren, Putri sedikti berubah. Dia jadi sering nanya kapan ke SMA Negeri 21 lagi. Seminar kemarin kan membawa beberapa hal yang mengharuskan mereka kembali lagi ke sana, kayak misalnya sertifikat yang harus diambil ke sekretariatan seminar atau beberapa bahan materi yang ingin diperbanyak ternyata memang baru bisa disusulkan karena pembicaranya waktu itu telat dateng dari Jakarta.
Tentu saja membuat Putri seneng banget.
Apalagi Rudy kan juga deketan rumahnya sama Shanaz. Makin rajin deh dia maen ke rumah sobatnya itu. Soale tiap kali mau ke rumah Shanaz, rumah Rudy yang asri dan nyaman itu pasti kelewatan.
Asyiknya lagi kamar pribadinya Rudy, kata Shanaz ngadep ke tikungan jalan menuju rumah Shanaz. Jadi..., ya gitu deh... Tiap kali menuju tikungan itu, mata Putri nggak bisa lepas dari jendela kamar cowok yang mengisi hari-harinya kini. Berharap arjunanya itu ada di kamar dan sekadar menyapa. Ukh... Pasti akan membuat dirinya makin melayang.
Tapi, herannya nggak ada reaksi apa-apa tuh dari Rudy.
Bahkan kalau terlihat ada bayangan Rudy di kamar itu, Putri nggak dapat perhatian balik dari cowok yang beneran menyita perhatiannya kini.
Masa sih udah seheboh itu, Putri nggak dilirik sedikit pun. Padahal, seperti yang udah diakui banyak orang juga, Putri itu termasuk good looking alias enak diliat. Nggak bosenin.
Bukan cantik atau seksi, tapi enak diliat aja. Perpaduan suku Manado-China dan Jawa-Sunda menghadirkan kekhasan di wajah Putri. Apalagi dengan kulit putih yang dimilikinya. Lengkap deh... Bukan hal aneh kalau banyak cowok melirik pengen kenalan gitu ke dia. Shanaz yang keturunan Arab itu aja kalah hehe...
"Apa yang salah dari gua sih, Naz? Gua kecentilan apa ya?" tanya Putri sendiri.
Shanaz menepuk-nepuk bahu Putri. Bermaksud menenangkan sobat baiknya itu. "Nggak ada yang salah kok, Put. Mungkin karena memang Rudy-nya aja matanya lagi jereng. Cewek se-oke kamu kok dilewat."
Rada GR juga Putri dibela gitu.