Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahasia terbongkar

 

16-612ca86706310e3f5a32d4d2.jpg
16-612ca86706310e3f5a32d4d2.jpg
Sumber gambar: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fdukun-millennial%2F5-tempat-favorit-setan-untuk-menampakkan-wujudnya-1t8Kls2K8El&psig=AOvVaw0lPr4NeDToJYAx2NJ_vRN3&ust=1630402622920000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwiO79qaudjyAhWWwoUKHV-BACEQr4kDegUIARDXAQ

Kegelapan meliputi awan – awan yang berada di daerah di jalan STM Pembangunan. Kontrakan Bernard seketika terkoyak dan menjadi rata dengan tanah. Angin kencang menyelubungi tubuh Bernard. Hujan mulai membasahinya. Fenomena alam yang seolah membuat perasaan Bernard menjadi kalut. Sekumpulan mahkluk – mahkluk menyeramkan datang dan seakan ingin meminta pertanggungjawaban Bernard. Ia semakin tidak mengerti. Ada apa lagi dengan mahkluk – mahkluk ini. Ia lelah kehabisan tenaga dan sangat lelah. Seolah ingin menghentikan segala kelelahan ini. Dalam kegelapan dan tanpa penerangan, Bernard berusaha melihat kondisi sekitar. Seketika Seorang wanita yang mirip dengan Katie, seperti saat ia mengalami penglihatan malam itu. Wanita itu komat – kamit seolah sedang membaca mantra. Austin dan Bryan muncul, mereka seolah terbakar. Mereka meronta – ronta kesakitan. Austin berusaha menggulingkan tubuhnya ke jalan karena panas yang di rasakan. Bryan memohon kepada orang- orang yang ditemuinya di jalan untuk memadamkan api yang berkobar – kobar ditubuhnya. Tetapi seolah – olah mereka tidak perduli kepada Bryan.

Sekonyong – konyong, Rocky ayah dari kedua bocah itu muncul dan berusaha memadamkan api yang meletup – letup di tubuh kecil kedua puteranya. Dengan bermodalkan karung basah, akhirnya api berhasil dipadamkan. Rocky memeluk kedua bocahnya. Kaki dan tubuh  kedua bocahnya meninggalkan luka – luka bakar yang mengerikan. Pria kekar yang dipanggil Rho we oleh Katie di alam penglihatan itu muncul dari langit, tangannya bertahtakan tiga puluh lima bintang bermahkotakan zamrud berkepala naga. Wajahnya bengis, kakinya menendang wajah Rocky dan merebut kedua putra kandungnya. Belum puas dengan penderitaan yang dialami oleh kedua bocah itu. Rho we membakar kedua bocah itu kembali. Kobaran api menantang indah dengan penderitaan sebagai ganjarannya bagi kedua bocah malang itu. Dari kedua paha Rho we terpampang jelas tulisan X. Apakah sebenarnya maksud dari tulisan X ini. Karena tulisan inipun tertulis dikedua paha Bernard kala itu. Katie muncul dari belakang Rho we dan Melakukan salto sebelum menginjak sebuah pohon Ek disampingnya. Dengan menggunakan untaian ornamen yang terbuat dari kayu di sebelah tangan kirinya dan pisau berbentuk gergaji ditangan kanannya. Ia menerjang Rocky dan duduk di atas perut Rocky, ia menggergaji leher Rocky dengan pisau yang dipegangnya.   

            Rocky meregang nyawa ditangan Katie. Ia sengaja membiarkan Rocky dibunuh di hadapan kedua puteranya yang notabene adalah kedua puteranya juga. Tidak ada yang mampu menjelaskan kekalutan atas pembunuhan sadis malam itu. Bernard berusaha untuk membantu menyelamatkan Austin dan Bryan. Seolah itu tidak mungkin, karena ia seperti hantu di kala itu. Apapun yang disentuhnya, seolah tidak bisa dipegangnya. Kobaran api menjadi – jadi, Austin dan Bryan seketika itu juga meninggal dan menjadi gosong akibat lidah – lidah api yang menyala – nyala. Katie telah mencapai keabadian dan mendapatkan ganjanran yang sepantasnya karena telah membunuh Rocky juga. Kala itu adalah malam bulan sabit telah keluar dari tempat persembunyiannya di bentara angkasa raya dan mengintip sejenak di planet Bumi. Kapankah malam bulan punama akan berlangsung, karena malam itu adalah malam penentuan untuk meneruskan keabadian ini. Iya, seorang keturunan terakhir untuk mencapai sebuah keabadian sejati. Hanya darahnya yang diperlukan untuk mengeksekusi kemenangan atas kegelapan dan kegelapan yang telah dinubuatkan oleh para pujangga dan pakar kegelapan. Siapakah sang mempelai kegelapan itu ?      

            Keesokan harinya Bernard terbangun di atas tempat tidurnya. Padahal sepertinya ia tidak berada di tempat tidur. Bernard bangun pagi, karena ada kuliah pagi Pengantar Ekonomi Makro dan Pengantar Manajemen. Dua matakuliah berturut – turut, dijalankan walaupun sebenarnya ia agak malas untuk kuliah pagi itu. Jam dua belas lebih empat puluh lima menit akhirnya selesai juga. Bernard mulai merasa sangat lapar. Kemudian ia menuju ke warung lotek, sejenis makanan ala Yogyakarta yang bertemakan sayur – sayuran segar. Yah, sejenis gado – gadolah. Hanya bedanya lotek lebih beraneka ragam sayuran dan rasanya sangat manis. Maklumlah inikan makanan khas Jawa, jadi harus manis tentunya. Bernard berusaha bangkit dan keluar dari warung lotek yang ramai oleh mahasiswa universitas Atma Jaya maupun Sanata Dharma. Silauan mentari begitu kuat, dari kejauhan ia melihat ada Jack dan Yopie berjalan dengan tergesa – gesa, seolah ada yang ingin dikerjakan oleh mereka. Akhirnya Bernard bisa menemukan mereka. Bernard memanggil Yopie dan Jack. Mereka tidak mendengar. Bahkan Bernard merasa bahwa langkah Yopie dan Jack sangat cepat, hingga ia kehilangan mereka. Karena mereka terlanjur belok ke arah depan Radison hotel.

            Heran, perasaaan tadi panas terik. Sekarang tiba – tiba mau hujan, sungguh tidak bisa dimengerti, pikir Bernard. Awan gelap mulai menduduki kota Yogyakarta. Sang pangeran hujan bersiap untuk menangisi kota pelajar ini dengan kesejukan sesaat untuk mengobati kepenatan yang disimulasi oleh congkaknya matahari. Bernard mempercepat langkahnya untuk menuju kontrakannya. Jangan sampai hujan lebat, pikir Bernard. Sekonyong - konyong awan gelap mengagetkan lamunan segerombolan awan putih. Berbondong – bondong sekawanan penjaga langit menghembuskan nafasnya memberikan kesempatan bagi air hujan untuk membasahi dunia. Bernard telah sampai di rumah dan seketika hujan deras. Hujan lebat beserta angin menggemparkan kondisi sekitar kontrakan Bernard dan banjir semata kaki sudah memenuhi Gang Narada. Bernard berusaha masuk ke dalam kamarnya. Terdengar lembut tangisan anak – anak kecil terdengar di belakang dapur. Tangisan itu membuat Bernard merasa iba. Ia menuju ke belakang dapur dan ada dua anak kecil yang sedang menangis. Ia memeluk keduanya, mereka anak kecil yang sangat menggemaskan. Perlahan keduanya berhenti menangis, ternyata Bernard bisa menenangkan mereka. Seketika angin puting beliung muncul dan memporak porandakan seisi kontrakan Bernard. Api seketika berkobar – kobar di tengah mereka dan hampir membakar mereka.

Ketika Bernard hendak menghalau api dan menyelamatkan kedua anak itu. Sebuah fenomena alam mengejutkan pandangannya, seketika tumbuh pohon – pohon besar di sekeliling kontrakannya. Jalanan aspal didepan kontrakannya retak terbelah menjadi dua dan menjadi sebuah ladang yang sangat luas. Rumah kontrakan yang ditempatinya terkoyak dan rata menjadi tanah. Pijakan tempat Bernard berdiri, menampilkan kuburan – kuburan tua yang tulisan di nisannya nyaris pudar. Bernard bergidik ngeri, tubuhnya menggigil akibat hujan lebat dan penglihatan itu membuat ia separuh tidak percaya. Seketika muncul samudera luas tepat tiga puluh meter dari tempat Bernard berdiri. Halilintar dan kilat bersahut – sahutan. Sebuah tanda langit berbentuk X terpampang jelas di atas langit. Sepertinya akan ada sebuah peristiwa penting yang harus terjadi. Darah segar mengalir deras dikening Bernard. Seorang pria bertubuh besar telah menghujamkan sebuah panah dari kejauhan. Sepertinya anak panahnya meleset tetapi mengenai pelipis mata bagian kiri Bernard. Bernard memegang pelipisnya dan darah tetap mengalir ditemani dengan air hujan yang ikut membasahinya. Nampaknya pria besar itu adalah Rho we. Katie yang sejak tadi bertengger di sebuah pohon besar, memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia melompat dan melakukan salto. Ketika ia berbalik. Kedua kakinya tidak menyentuh tanah sama sekali. Rambutnya berdiri, matanya yang berwarna merah menyorotkan kebencian dan menerjang Bernard. Katie menumbangkan Bernard ke tanah dan membalikkan tubuh Bernard. Ia mengikat kedua tangan Bernard dan mengikat kedua kakinya.

Rho we tersenyum puas dengan apa yang dilakukan oleh Katie. Rho we mencium Katie dan seketika Seekor ular berkepala tiga keluar dari mulutnya dan masuk ke dalam mulut Katie. Di masing – masing kepala ular bertuliskan X. Saat ular masuk sempurna ke dalam mulut Katie. Halilintar dan kilat kembali bersahut – sahutan. Gemuruh ombak memecah kesunyian, seakan mereka ingin menyemarakkan keberhasilan Rho we dan Katie. Dengan kekuatan tenaga dalamnya. Rho we hanya menggunakan telunjuk jarinya dan mengangkat tubuh Bernard ke arah sebuah tumpukkan balok kayu yang tersusun sangat rapi. Kedua anak yang Bernard tolong tadi, seketika telah muncul di Belakangnya. Mereka berlumuran darah, kedua bola matanya nyaris keluar. Kulit – kulit mereka mengerut dan perlahan mulai mengelupas, meninggalkan daging – daging mereka. Hujan berhenti, muncul bulan purnama yang memperlihatkan seekor kelinci kecil di bagian dalamnya. Tulisan X di awan tetap muncul. Salah satu anak yang mirip dengan Austin mulai membakar ujung balok kayu dengan menggunakan obor yang ia pegang di tangan kirinya.

Bernard menggeliat – geliat dan berusaha menyelamatkan dirinya. Ia tidak tahu harus meminta pertolongan pada siapa di kala itu. Dari kejauhan muncul tiga orang yang sangat familiar wajahnya. Hah, rupanya Yopie, kakaknya Yopie dan Jack. Bernard merasa masih ada harapan

“ Guys, help me. “ Teriak Bernard.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun