Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Kenapa sih, terlihat sangat angker seperti ini, “ ucap Bernard pelan.

Bernard menyusuri trotoar yang agak tinggi itu dan mempercepat langkahnya. Ia mendengarkan ada suara anak kecil yang berlari – lari.

“ Oh God. Orang tua siapa yang membiarkan anaknya berkeliaran di jam – jam seperti ini. Apalagi di tempat yang sepi seperti ini, “  tukas Bernard meracau.

“ Om, tolong saya om, “ suara itu muncul di hadapan Bernard.

Seorang anak kecil berpakaian putih penuh dengan noda darah, memakai celana pendek bahan dan sepatu kulit berwarna hitam. Kedua matanya hitam lebam dari hidung kirinya keluar darah segar. Ia berjalan ke arah Bernard dan perlahan kedua lengannya terlepas dan lutut – lututnya terlepas dari kakinya. Bernard bergidik ngeri dan tunggang langgang meninggalkan anak kecil itu.

“ Apa itu, apa yang baru saja kulihat ? ” Pikir Bernard. Nafasnya menderu, jantungnya naik turun. Lututnya ngilu dan kaki kanannya hampir keram, sehingga ia berjalan tergopoh – gopoh karena hal itu. Bernard sudah melihat dari kejauhan kontrakannya. Ia berharap kontrakannya masih ada yang terjaga sehingga ia bisa mengobrol sampai pagi. Pikirannya berkecamuk dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Bernard membuka pintu utama kontrakannya. Ia mendapati semua pintu sudah tertutup, sepertinya Yopie dan kakaknya sudah tertidur dan Jack juga sudah tertidur pulas. Hal itu ditandai dengan radio kecil yang masih terdengar di kamar Jack. Ia biasanya akan menyalakan televisi bila masih terjaga, tetapi akan menyalakan radio bila sudah tertidur.

            Oh ini artinya, aku harus tidur pulas. Bernard mengeluarkan ctm, sejenis obat tidur yang akan melelapkan dirinya sampai siang. Sehingga ia tidak akan mengalami kejadian aneh dan mengerikan, pikirnya. Bernard menelan dua tablet ctm berwarna kuning dan menegak air putih dari gelasnya.

“ Come on, mulailah bekerja. “  Tukas Bernard.

Sekitar lima belas menit saja obat – obatan itu mulai bekerja. Ia diterpa rasa kantuk yang luar biasa. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan tidur menelungkup untuk menghindari matanya melihat ke atas jangan sampai ada kejadian aneh yang akan dialaminya. Ada tangan dengan kuku – kuku panjang menggerayangi kaki kirinya dan ia terbangun. Ia berusaha menepis tangan itu, saat ia bangun tenyata tidak ada apa – apa di sana. Apakah aku berhalusinasi ataukah aku bermimpi, pikir Bernard dalam hati. Bernard merasa ada tetesan air yang cukup mengganggu dari atap kamarnya. Ia membuka kamarnya. Genangan darah memenuhi lorong kontrakannya, ia bergidik ngeri. Genangan itu perlahan masuk ke dalam kamarnya. Ia berjalan menuju kamar Yopie dan mengetuk dengan kasar kamarnya dan berlari ke kamar Jack. Pintu mereka terbuka, Bernard berusaha masuk ke dalam. Ia melihat Yopie dan kakaknya sedang membelakanginya. Sesaat kemudian mereka berdua menoleh ke arahnya. Mata mereka tidak ada, ada cacing – cacing pita meliuk – liuk di dalam kedua tempat matanya. Darah dan nanah keluar darah dari lubang telinga dan hidungnya. Bau kamarnya berubah seperti bau busuk menyengat seperti bau mayat yang sudah berhari – hari lamanya. Bernard keluar dari kamar itu. Jack keluar dari kamarnya, dari tanganya keluar belitan akar – akar pohon dan berusaha menjamah wajah Bernard. Bernard berlari keluar dan menjauh dari kontrakannya.

            Ia berkeringat dan fuihhh, ia terbangun dari kasurnya. “ Thanks God, ternyata hanya mimpi. Bernard bangkit dari kasurnya dan mengambil gelas yang masih berisi sedikit air mineral dan meneguknya secara langsung. Ia melihat ke arah kasurnya basah oleh keringatnya. Ia kemudian merebahkan kembali tubuhnya. Ia bingung apakah harus tidur lagi atau tetap terjaga. Tetapi ia masih ngantuk oleh pengaruh obat tidur yang telah dikonsumsinya beberapa jam lalu. Sejenak ia berpikir untuk berdoa memohon pertolongan Tuhan untuk melindungi dirinya dalam gelapnya malam. Bernard bangkit dan duduk di samping kasurnya dan menyempatkan diri dua menit untuk berdoa. Kemudian ia merebahkan dirinya dan mencoba memejamkan matanya. Ia menyalakan kaset rohani untuk menghalau rasa takut yang menerpanya. Ia ingin melupakan dan setidaknya tidur karena besok ia harus kuliah. Kakinya terasa keram. Bernard melipat kakinya, menarik dan memijat – mijat kaki kanannya. Untuk merenggangkan otot – otot kakinya yang lelah.

            Pagi yang cerah telah menggelayut indah di kota Yogyakarta. Bernard masih memincingkan matanya, karena rasa kantuk yang belum sempurna diselesaikannya. Bernard merasakan lapar di pagi hari, tetapi ia masih malas untuk beranjak dari kasurnya. Ia menganggap karena kuliahnya masih agak siang, jadi ia kembali memeluk bantalnya. Tidak tahu, apakah ia meninggalkan banyak sekali pulau – pulau indah di antara seprei dan bantal berwarna coklat. Jorok juga, si Bernard ini. Bernard bangun tidur pukul 10.00 wib dan ia merasa bahwa nyawanya belum terkumpul semua. Ia menuju ke kamar mandi, mengguyur air yang dingin di sekujur tubuhnya dan melakukan ritual orang mandi pada umumnya,haha. Bernard mengeringkan tubuhnya dan masuk ke dalam ke kamarnya. Sambil menenteng pakaian kotor di tangan kirinya. Ia masuk ke kamarnya dan ia melihat seorang anak kecil di dalam kamarnya. Ia menyeringai ke arah Bernard, matanya menyorotkan sinar merah yang mengerikan. Ia meneteskan darah dari sekujur tubuhnya, sehingga memporak – porandakan seprei Bernard. Bernard berlari keluar dan cepat membuka slot pintu, ia merasa ngeri dan melarikan diri keluar sambil memakai handuk yang membalut pinggangnya yang gendut. Ia lelah menunggu di luar dan sangat malu dengan handuk yang melingkar di pinggangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun