Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikala kereta api hampir sampai ke Stasiun Tugu, Yogyakarta. Barulah Bernard merasakan kantuk yang luar biasa. Ia menginjak sesuatu yang lembek di lantai. Sebuah tangan yang berlumuran darah dan terlihat jari – jarinya bergerak dan berusaha memanjat betisnya Bernard. 

Bernard berlari dan menuju gerbong dua. Ia sontak kaget di dalam gerbong dua terdapat mayat – mayat bergelimpangan dan sangat mengerikan.

Bernard ingin kembali ke gerbong tempat ia duduk. Terlihat beberapa anak – anak dengan pakaian berlumuran darah mengikutinya dari gerbong tiga. 

Dengan wajah penuh ketakutan, jari – jari Bernard gemetaran. Ia perlahan melewati mayat – mayat itu. Dan berlari ke gerbong satu. Di tempat itu lampu gerbong padam. Tetapi ia merasa ada yang janggal. Sepertinya ada dua sosok yang sedang duduk melantai. 

Sosok – sosok itu sepertinya ngesot dan menuju ke arah Bernard. Baru Bernard ingin beranjak, sosok itu sudah berada di hadapannya dan menggerayanginya dan memegang kedua kaki Bernard. Bernard berusah lari dan ingin menuju masinis dan meminta pertolongan. Belum sampai ia menemui masinis. Ada sebuah tangan yang menghantam punggungnya. Hingga ia jatuh tersungkur. 

Bernard mengalami sakit sekali di punggungnya. Saat ia sadar, ternyata ia berada di kursinya di gerbong tiga. Berarti ia tadi bermimpi. Tetapi mengapa punggungnya sakit sekali. Ia bertanya pada kakaknya. Kakaknya mengatakan bahwa punggung Bernard ada luka lebam biru. Bagaimana mungkin pikir Bernard, kalau memang tadi hanya mimpi, mengapa ada bekas luka lebam ini, pikir Bernard sambil bertanya – Tanya di dalam hati.

Hari ini adalah kali pertamanya Bernard akan menginjakkan kakinya ke Yogyakarta. Sebuah kota yang meninggalkan banyak sekali cerita dan telah menjadi bagian dalam sejarah hidupnya. Petugas mengatakan bahwa dalam waktu dua puluh menit ke depan, kereta api Senja Utama dari Stasiun Gambir akan segera tiba di Stasiun Tugu. 

Bernard dan kakaknya bersiap, membereskan barang – barang bawaan mereka. Sampah – sampah berserakkan di lantai, sepertinya para penumpang seenaknya membuang sampah disembarang tempat. Mereka keluar dari gerbong kereta api dan menuju ke arah lobby depan stasiun tugu untuk mencari taksi. Setelah menemukan taksi dan menuju ke arah kosan kakaknya Bernard yang terletak di daerah Sosrowijayan. 

Tempat itu adalah kosan khusus putri. Mereka tiba di depan kosan dan mengeluarkan tas dari bagasi taksi dan menuju ke arah gang kosan. Suasana sekitar kosan kakaknya Bernard sangat tenang dan terlihat sangat asri. Penduduk beraktivitas dengan tenang. Banyak pepohonan dan sangat damai untuk tinggal di sana.

Seorang nenek tua dengan kebaya berwarna coklat datang dan menghampiri Bernard. Ketika kakaknya sudah masuk pendopo kosannya dan meluncur ke atas menuju kosannya. Nenek itu berkata,

“ Akan tiba waktunya, bahwa kamu akan menjadi batu penjuru sebagai penentu kemenangan sang penghulu kejahatan. “

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun