Hoffman mengusulkan bahwa empati berkembang melalui beberapa tahap, mulai dari bayi hingga dewasa. Setiap tahap melibatkan mekanisme kognitif dan emosional yang berbeda.
 * Empati Global Emosional (Neonatal): Pada tahap ini, bayi mengalami distress emosional ketika melihat bayi lain menangis. Mereka belum mampu membedakan antara diri sendiri dan orang lain, sehingga mereka merasakan kesedihan orang lain sebagai kesedihan mereka sendiri.
 Â
 * Empati Egocentris (Toddler): Anak-anak mulai menyadari bahwa mereka adalah individu yang terpisah dari orang lain. Namun, mereka masih cenderung merespons emosi orang lain berdasarkan pengalaman pribadi mereka sendiri. Misalnya, jika seorang anak pernah merasa takut saat tersesat, mereka akan merasakan empati yang kuat terhadap anak lain yang tersesat.
 Â
 * Empati Perspektif (Usia sekolah): Anak-anak mulai mampu mengambil perspektif orang lain dan memahami emosi mereka berdasarkan situasi dan informasi yang mereka miliki. Mereka juga mulai menyadari bahwa orang lain memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda dari mereka.
 Â
 * Empati Empatik (Remaja dan dewasa): Pada tahap ini, empati menjadi lebih kompleks dan melibatkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai moral, keadilan, dan hak asasi manusia. Orang dewasa yang empatik mampu merasakan penderitaan orang lain yang tidak mereka kenal secara pribadi dan termotivasi untuk membantu mereka.
 Â
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
 * Sosialisasi: Interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan lingkungan sosial secara umum sangat penting dalam mengembangkan empati.