Giliran Niluh menghampiri Remond dan menamparnya. " Jaga mulutmu. Aku seorang pelacur, mana mungkin bisa punya anak." Niluh kembali menangis.
" Adikku pernah cerita kalau sekitar dua bulan setelah kepergianku ke kota, datanglah seorang wanita ke Rumahku dan mengaku telah mengandung anakku. Namun ibuku mengusirnya." Reymond menangis tersedu-sedu.Â
" Nasi telah menjadi bubur, mas. "Â
" Dia anak kita niluh..." Suara Reymond tertahan oleh suara botol pecah.
" Dimana kamu waktu itu?"
" Aku kuliah luh, dan harus menyelesaikannya."
"Mereka anakku. Aku yang menghidupinya sejak lahir. Aku menjajakan diriku untuk lelaki-lelaki hidung belang itu hanya untuk melihat kedua anakku dapat tumbuh dengan baik. Tidak seorangpun tahu bagaimana beratnya menghidupi mereka berdua."
" Kau apakan aku luh?" Reymond merasa ada sesuatu yang menggores lengan kirinya. Benda yang sangat tajam hingga terasa begitu mudah memutus nadinya. Darah mengalir deras dan meresap kedalam tanah.
" Aku tidak ingin anak-anakku tahu kalau mereka adalah keturunan dari keluargamu. Orang -- orang brengsek yang telah menghancurkan kehidupanku. Dan Jikapun kau tahu, akulah yang telah menyuruh orang memperkosa adik cantikmu itu." Niluh menarik napas panjang. "Dia mendatangiku beberapa kali untuk memungut kedua anakku. Saat itulah waktu yang tepat buatku menyuruh orang memperkosanya."
Reymond mencoba menghentikan pendarahannya. Tangan kanannya mencoba menekan lengannya. Namun dia merasa tubuhnya sudah mulai ringan dan tenaganya sudah menghilang. Terakhir, dia saksikan bagaimana Niluh menyobek tangannya dengan cara yang sama dengan apa yang dilakukan padanya. Niluh tidur di sebelahnya sambil memeluk tubuhnya.
" Kau tahu, dengan siapapun aku bercinta. Kau tetap satu-satunya yang ada di Hatiku."