Mohon tunggu...
Benny Andhika
Benny Andhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya

Newbie Writer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Relevansi Seni Perang Sun Tzu pada Masa Perang Dingin Melalui Proxy War

3 Desember 2021   02:59 Diperbarui: 3 Desember 2021   19:58 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertimbangan-pertimbangan itupun akan disertai dengan strategi yang akan dipergunakan nanti digunakan di peperangan berdasar pada analisa dan pertimbangan sebelumnya. Sun Tzu  juga memiliki pemikiran jika Pembiayaan perang sangat harus diperhitungkan dalam suatu perang meskipun bukan berarti pembiayaan harus dipangkas dan membahayakan pasukan, untuk itu Sun Tzu mempunya solusi lain berupa meminimalisasi perang berkepanjangan karena sepanjang sejarah yang ada perang berkepangjangan tidak pernah berakhir dengan baik. 

Oleh karena itu, pasukan harus sesegera mungkin memenangkan perang untuk mendapatkan pembekalan dari musuh dan sumber daya sebagai penghargaan atas kemenangan dan juga memperlakukan tawanan dengan baik agar bisa dipergunakan dipihak pemenang.

Berikutnya justru yang menarik dari pemikiran Sun tzu adalah pemikiranny tentang bagaimana menyerang mental musuh agar dapat menang peperangan tanpa harus berperang yang mana juga disiasatkan jika pasukan lebih besar dari musuh akan tetapi jika sebaliknya maka keputusan terbaik adalah melarikan diri untuk menghindari jatuhnya korban karena menurutnya melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. 

Selanjutnya Sun Tzu menekankan untuk selalu memiliki taktik yang kuat dalam berperang dan menempatkan pihaknya dalam posisi pemenang agar kemenangan dapat dipastikan melaui proses yang tanpa kesalahan. Sun Tzu juga berpendapat jika dalam perang menyebunyika kekuatan seberanya dibalik topeng kekacaun merupakan taktik ulung untuk dapat meraih kemengan karena musuh akan meremehkan serta kehilangan konsentrasinya. 

Berikut juga, Sun Tzu berpendapat bahwa strategi dapat dikatakan berhasil jika musuh tidak tau apa yang harus dipertahankan dan juga tidak tau cara apa yang harus diserang. Hal ini tentu berkaitan dengan titik kuat dan titik lemah yang harus diketahui saat perang. Seberanya banyak pemikrian-pemikiran Sun Tzu lainnya terkait, Manuver, Tanah (Kedudukan), Variasi taktik, Situasi, pengancuran scara keseluruhan secara bertahap dan mata-mata yang dapat diterpakan langsung dalam menhadapi peperangan. 

Akan tetapi lebih dari itu,malah ketertarikan muncul dari pemikirannya terkait kemenangan sejati merupakan kemenangan yang diraih tanpa harus berperang secara langsung. Mungkin pemaknaanya kebanyakan merupakan ancaman agar dapat membuat lawan menyerah akan tetapi juga terdapat permaknaan lain yang justru mengacu kepada pemanfaatan pihak lain untuk mengalahkan musuh. Hal ini tentu memiliki kemiripan dengan konsep yang terjadi saat perang dingin terjadi yang disebut dengan Proxy War. (Clavell, 1988)

Relevansi Seni Perang Sun Tzu Melalui Proxy War di Era Perang Dingin

Jika dilihat kembali, banyak sekali pemikiran Sun Tzu yang kemudian sejalan dengan satu konsep yaitu Proxy War. hal ini dapat dilihat dengan pemikiran Sun Tzu terkait pembiayaan perang jika terlibat langsung dan bagaimana kemudian suatu negara dapat memenangkan perang tanpa harus ikut langsung berperang. 

Dalam hal ini, pendekatan ini dapat disebut juga pendekatan strategis tidak langsung karena pihak ketiga yang pada dasarnya tidak ikut langsung kedalam peperangan. Keadidayaan suatu negara membuatnya dapat dengan mudah memperdaya suatu pihak untuk ikut termasuk ke dalam rencananya. Praktik dari Proxy War sangat umum ditemui pada masa perang dingin dengan adanya perebutan kekuasaan dari kekuatan-kekuatan besar dunia.

Pada gilirannya, pemikiran Sun Tzu memang membawa kesengsaraan bagi negara ketiga yang dijadikan alat oleh negara lain akan tetapi ini akan menjadi kemenangan besar bagi negara yang mendukung jika negara yang didukung berhasil memenangkan peperangan sebaliknya jika terjadi kekalahan maka negara adidaya yang mendukung tidak akan terpengaruh besar. 

Contoh yang nyata dapat dilihat dari perang dingin sangat banyak salah satunya adalah dukungan China terhadap rezim Khmer Merah yang diserang oleh pihak Vietnam yang akhirnya berhasil menggagalkan pihak Vietnam untuk menguasi Kamboja. tentunya disini kepentingan China terlihat saat pengaruhnya di kawasan Indo-china terganggu karena Supremasi Vietnam yang didukung oleh Uni Soviet makan dukungan dari China dianggap Kamboja sebagai bantuan yang sangat berarti. Padahal China memang memiliki kepentingan melalui Kamboja untuk meletakkan pengaruhnya di kawasan Indochina dan Asia tenggara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun