Ekspansionisme Soviet di Eropa bagian timur memicu ketakutan Amerika Serikat terhadap rencana Uni Soviet menjadi pemimpin (penguasa) dunia. Sementara dari sisi Uni Soviet, mereka mulai membenci retorika permusuhan pejabat Amerika Serikat, penumpukan senjata serta pendekatan intervensionis dalam hubungan internasional.
Amerika Serikat akhirnya menghadirkan strategi yang disebut strategi "Containment" untuk menahan kekuatan Uni Soviet yang dianggap mengancam. Karena strategi ini juga yang menjadi alasan  Amerika Serikat menumpuk persenjataan yang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya perlombaan senjata khusunya senjata nuklir.Â
Tidak hanya itu, terjadi juga perlombaan antariksa dengan berbagai macam eksplorasi dari kedua negara termasuk dengan perdaratan manusia di bulan yang akhirnya dimenangkan Amerika Serikat melalui Neil Amstrong (Apollo 11 NASA) pada 20 Juli 1969, walaupun kebenarannya masih diragukan oleh beberapa pihak. Sementara itu, Uni Soviet menganggap hal ini sebagai ancama dan seolah-oleh membuat posisinya sebagai penjahat. (History.com, 2009)
Persaingan dan tensi yang tinggi antara kedua negara juga mempengaruhi negara-negara lain yang merasa jika harus menempatkan diri dalam satu posisi yang dianggap menguntungkan dan juga intervensi negara tersebut. Berkat hal ini, terpecahlan dunia menjadi 2 blok besar pendukung dan 1 blok anti keduanya (Non-Blok bukan berarti memusuhi negara dengan blok justru agar dapat berteman dengan keduanya).Â
Diawali dengan dukungan Uni Soviet terhadap Korea bagian Utara yang melakukan invasi ke Korea bagian Selatan yang pro Barat yang juga dianggap petinggi Amerika Serikat sebagai ancaman kampanye awal komunis untuk mengambil alih dunia. Amerika Serikat juga akhirnya mengirimkan bantuan terhadap Korea Selatan karena tidak ingin Uni Soviet Mendominasi.Â
Begitupun seterunya dimana Amerika Serikat dengan NATO yang memasukkan Jerman Barat sebagai anggota maupun negara eropa bagian barat smentara Uni Soviet dengan Pakta Warsawa dengan negara Eropa Timurnya.Â
Sementara itu, jauh di Asia Tenggara juga terdapat negara yang terpengaruh seperti Vietnam yang terpecah menjadi dua bagian pasca masa kolonialisme yang mana Vietnam Barat yang didukung Amerika Serikat dengan pemimpinnya Ngo Dinh Diem dan Vietnam Timur yang didukung Uni Soviet dengan pemimpin Ho Chi Minh. Perpecahan-perpecahan yang terjadi antara kedua negara tidak hanya sekedar akan tetapi mengakibatkan keduanya berperang antar keduanya (perang saudara) karena pengaruh negara besar yang ada saat itu.
proxy War
Proxy War pada dasarnya merupakan cara suatu pihak untuk mendapatkan keinginanya namun dalam konteks perang. Menurut Jendral TNI Gantot Nurmantyo, Proxy War merupakan konfrontasi diantar dua kekuatan yang besar menggunakan pemeran pengganti agar dapat menghindari konfrontasi langsung atas alasan pengurangan risiko konflik yang lebih berisiko. Brewer juga berpendapat bahwa, Proxy War secara terminologi merupakan perang yang dilakukan oleh satu pihak dengan mengatasnamakan pihak lain.Â
Selain itu, Jon Abbink berpendapat bahwa Proxy War digambarkan layaknya catur yang strateginya selalu berubah-ubah begitupun dengan cara bermainnya yang dimaknai sangat kompleks. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Proxy War merupakan perang yang terjadi saat musuh memanfaatkan pihak ketiga sebagai alat pengganti untuk berperang secara langsung dengan musuh dari pihak pertama.
Jadi pada hakikatnya, Proxy merupakan perpanjangan tangan dari suatu pihak yang mengejar kepentingan strategisnya akan tetapi menghindarkan diri dari keterlibatan secara langsung dalam suatu perang yang tentunya mahal dan juga berdarah.