JAKARTA -- Fox International Productions (FIP) yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan film raksasa
20th Century Fox Film Corporation secara resmi telah melakukan penandatanganan kerjasama dengan rumah
produksi Lifelike Pictures, untuk memproduksi film Wiro Sableng 212.
FIP yang dibuat untuk melakukan kerjasama dengan filmfilm lokal dari negara di seluruh dunia itu, dalam kerjasama
nanti, akan mendapatkan bagian akan memulas dan menyempurnakan persoalan teknis film arahan sutradara Angga
D. Sasongko. Sedangkan pelakon utamanya dipercayakan kepada Vino G Bastian. Yang tidak lain adalah putra dari
penulis Bastian Tito, kreator Wiro Sableng 212.
Dalam versi filmnya yang menurut rencana akan tayang pada tahun 2018 itu, diambil dari seri buku Wiro Sableng
Kapak Maut Naga Geni 212. Untuk menajamkan dan mendalamkan kekuatan ceritanya, skenarionya ditulis oleh Lala
Sheila Timothy, Tumpal Tampubolon, dan Seno Gumira Ajidarma. Sedangkan untuk urusan pengatur laga,
dipercayakan kepada Yayan Ruhiyan. Yang turut menata adegan laga di film Raid.
Sebagaimana diceritakan Sheila Timoty, produser Lifelike Pictures, yang sebelumnya telah memproduksi film Pintu
Terlarang (2008), Modus Anomali (2012) dan Tabula Rasa (2014) penggarapan film Wiro Sableng 212 diharapkan
dapat memberikan pengalaman menonton, sekaligus memuaskan penikmat film silat di Indonesia.
Apalagi, film ini sekaligus dilakoni oleh anak penulis bukunya, yang notabene mempunyai ikatan batin yang sangat
kuat dengan ceritanya. Karena menjadi saksi langsung dan hidup atas lahirnya sejumlah seri buku Wiro Sableng,
yang terdiri dari 185 judul. Dengan rentang waktu dari tahun 1967-2006. Dan juga bukan kebetulan juga, jika Vino
adalah suami dari Marsha Timothy, yang tak lain adalah adik dari Sheila Timoty. Marsha Timothy bersama Sherina
Munaf, juga dilibatkan dalam proyek ini.
Secara garis besar, menurut Sheilla, FIP dan Lifelike Pictures akan secara bersama-sama membangun, memproduksi
dan mendistribusikan hasil jadi film ini bukan hanya di wilayah Indonesia, tapi juga di mancanegara. Oleh karena itu,
Sheila Timothy berposisi sebagai produser, sedangkan executive producer dipegang Michael J Werner, mantan
orang nomor satu di Fortissimo Films yang saat ini menjadi konsultan di FIP.
"Yang pasti, dengan pengalaman panjang FIP, kita yakin film ini akan menjadi suguhan yang berkualitas. Dengan
demikian penonton Indonesia akan mendapatkan mutu tontonan yang terjaga pula," Ujar Sheila Timothy sembari
merujuk nama Presiden FIP Tomas Jegeus, dan Michael Werner, orangorang penting di FIP yang menurutnya sangat
antusias menggarap film ini.
Sebagai catatan, di wilayah Asia, FIP juga telah bekerjasama dengan sejumlah sineas di Korea, memproduksi film
seperti “The Yellow Sea” (2010) arahan Na Hong-jin, dan pada tahun 2016 film “The Wailing, ” garapan sutradara
yang sama, bahkan masuk dalam Cannes Film Festival. Di Asia Tenggara, baru kali pertama, film Indonesia diajak
bekerjasama dengan FIP. Menurut Tomas Jegeus, 'Wiro Sableng' adalah proyek film pertama FIP dengan rumah
produksi di Asia Tenggara, yang menurut akan menjadi sangat istimewa dan akan menginspirasi.
Meski belum disebutkan akan dipasarkan di Eropa atau AS, pemerhati film Shandy Gasella bersaksi, sebenarnya Vino
G Bastian, sejatinya hanya ingin berlakon di belakang layar film Wiro Sableng 212, dan emoh menjadi pelakon
utamanya. Vino saat itu beranggapan, kalau dia sampai memerankan tokoh Wiro Sableng ciptaan ayahnya sendiri,
dia akan mengemban beban yang sangat besar. Takut mengecewakan ekpektasi mendiang ayahnya.
Bahwa sekarang dia mau menerima, pertimbangannya, pertama film di Indonesia, membutuhkan star power untuk
menggaet penonton. "Dan Vino dianggap mempunyai power sebagai star untuk menarik penonton," katanya kepada
Suara Merdeka.
Shandy menambahkan, jika rumah produksi Sony Pictures Classic, anak perusahaan Sony Pictures hanya membeli
hak edar Film Raid dan Raid 2, untuk kemudian diedarkan di Amerika Utara, tanpa harus turut memproduksi film itu,
tapi tidak demikian dengan FIP. Karena akan turut memproduksinya juga.
Dipastikan FIP akan mengeluarkan uang dan kreatifitas, meski secara teknis belum jelas besaran uangnya. "FIP juga
akan memberikan arahan dan masukan, agar film ini memiliki daya tarik tidak hanya untuk pasar Indonesia. Karena
FIP mempunyai rumusan utnuk menggait penoton film internasional, seperti contoh film Korea “The Yellow Sea”
(2010) dan “The Wailing, ” (2016) yang laris di dunia internasional. Meski pada saat bersamaa, FIP memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada para sineas Korea," imbuh dia.
Apakah FIP akan melakukan treatment yang sama dengan Wiro Sableng 212, dengan cita rasa Indonesia, tapi tetap
memasukkan bumbu Hollywood, sebagaimana pendekatannya kepada sineas dan rumah produksi Korea? Yang paling
peting, menurut Shandy, film ini akan mempunyai distribusi internasional selain di Indonesia. Lalu bagaimana dengan
sistem kerjasama dan pembagian hasilnya? Sejauh ini tidak dan belum dibuka, juga bujetnya besaran
pembuatannya. Alasannya klise, rahasia dapur tidak diperkenankan diketahui publik.
Lalu apa paramater FIP mau bekerjasama dengan film produksi lokal? Patokan utamanya tetaplah bisnis, dengan
cakupan jumlah penotnon yang besar, Indonesia adalah pasar yang menggiurkan. Contohnya di China, FIP sudah
banyak bekerjasama dengan sineas dan rumah produksi asli China. Seperti dalam menggarap bareng film "Hot
Summer Days" (2010), Love in Space/ Quan Qui Re Lian (2011) dan Xin Niang Da Zuo ZHan (2015) yang merupakan
remake film Hollywood, Bride Wars. Kesemua film itu disutradarai oleh Tony Chan.
Dengan jumlah penonton yang potensial seperti Indonesia, FIP tentu mempunyai pertimbangan strategis, di luar
pasar China dan Korea. "Buktinya setelah sukses di Korea, mereka mempunyai rencana membuat film di Korea,
paling tidak bisa dua judul per tahun. Dengan demikian jika FIP sukses di Indonesia, bisa bekerjasama dengan rumah
produksi yang sama, atau yang lain di Indonesia. Karena setidak tidaknya filmnya mempunyai production value yang
luar biasa, karena bujetnya di atas standar," ujar Shandy Gasella. (bb).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI