Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sawung Jabo: Terus Bergerak

7 Oktober 2016   11:17 Diperbarui: 7 Oktober 2016   11:40 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selanjutnya, tembang-tembang yang berangkat dari syair-syair Rendra seperti ”Sogokan”, ”Paman Doblang”, ”Sajak Pertemuan Mahasiswa”, ”Rajawali” dan ”Kesaksian” menyulap suasana tak ubahnya konser akbar dadakan yang membuat semua yang hadir memberikan tepuk soraknya.

Dan di atas panggung, di antara koor tembang ”Kesaksian” yang masih mengalun, disamping Adi Kurdi yang menuntun keseluruhan acara, Rendra dengan haru berujar, ”Terima kasih atas kedermawanan saudara-saudara yang hadir disini. Semoga anugerah usia ini semakin membuat saya berserah pada Yang Widi, Tuhan Yang Maha Esa”.

Willibrodus Surendra Broto yang kemudian dikenal dengan nama WS Rendra pernah kuliah di Jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, namun tidak sampai tamat. Dia kemudian memperdalam ilmunya di American Academy of Dramatical Arts, AS (1964-1967). Kembali ke Tanah Air, Rendra membentuk Bengkel Teater di Yogyakarta.

Sebelumnya pada 1964, suami Ken Zuraida ini mengikuti seminar internasional di Harvard, AS. Dan pada 1971 dan 1979 mengikuti Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda. Sajak-sajaknya pernah dibacakan di sejumlah kota besar dunia seperti di Amsterdam, Berlin, Koln, Hamburg, Melbourne, Sidney, New York, Moskow dan Leiden.

Karya drama WS Rendra berjudul Orang-Orang di Tikungan Jalan meraih Hadiah Pertama Sayembara Drama Bagian Kesenian Kementrian P dan K, Yogyakarta, tahun 1954. Pada tahun yang sama ia pergi ke Moskow, Rusia. Tahun 1956 cerpennya mendapat hadiah dari majalah Kisah. Tahun 1957 mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN untuk kumpulan sajak Ballada Orang-Orang Tercinta (1957).

Sastrawan ini juga meraih berbagai penghargaan antara lain Hadiah Sastra Horison (1968), hadiah Pertama dari Yayasan Buku Utama Departemen P dan K untuk bukunya ”Tentang Bermain Drama” (1976), Anugerah Seni dari Pemerintah RI atas karya ”Drama Mini Kata” (1970), Hadiah Akademi Jakarta (1974). Rendra juga pernah mendapatkan Habibie Awards untuk perannya dalam dunia sastra dan budaya.

Sedangkan karya-karya monumentalnya antara lain ”Empat Kumpulan Sajak” (1961, 1978), ”Ia Sudah Berpulang” (1963), ”Blues untuk Bonnie” (1971), ”Sajak-Sajak Sepatu Tua” (1972), ”Potret Pembangunan dalam Puisi” (1980). Kumpukan sajaknya terdiri atas ”Orang-orang dari Rangkasbitung”, ”Mencari Bapa”, ”Penabur Benih”.

Sajak-sajaknya telah dialihbahasakan ke berbagai bahasa, antara lain Ingris, Belanda, Prancis, Jepang, dan Rusia. Rendra juga menerjemahkan drama-drama monumental ke dalam bahasa Indonesia, seperti Sophokles Oedipus Sang Raja (1976), Oedipus di Kolonus (1976), dan Antigone (1976). Selain itu juga melahirkan karya saduran; Perampok, dan Kereta Kencana.

KEMBALI melompat pada September 2013. Jabo kala itu hadir bersama Swami. Sebagai sebuah grup, Swami dicatat sejarah kenyang dari upaya cegah tangkal atau cekal yang dilakukan pemerintah Orde Baru. Lantaran lirik lagunya acap menyindir bahkan menghujat segala bentuk kebobrokan pemerintah kala itu.

Berkali-kali pementasannya tak mendapatkan izin. Itulah grup Swami. Sepertinya cara represif itu tidak berlaku dalam sejumlah pertunjukan grup musik Swawi, yang diinisiasi oleh Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, dan Innisisri. Via super single seperti “Bento” dan “Bongkar” mereka berteriak- teriak di lapangan terbuka, yang umumnya lapangan sepak bola yang disulap menjadi panggung pertunjukan, alias panggung perlawanan. Santunitas menjadi nisbi dalam terma perlawanan grup Swami.

Demikian halnya dengan Kantata Takwa yang diperkuat Iwan Fals, Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, Setiawan Djody dan mendiang penyair dan sastrawan WS Rendra. Yang judul lagunya seperti Kantata Takwa, Kesaksian, Paman Doblang, dan Air Mata seolah menjadi lagu wajib perlawanan. Konser mereka di tahun 1990 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, dan diulang di Parkir Timur, Senayan pada 1998 dan 2003 juga dibanjiri massanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun