—–
“Untung juga kemarin aku menunggumu lama, sampai kehujanan dan terkena demam.” Kulihat ia tersenyum, sangat teduh.
*****
4 Oktober 2011
05:09
Aku tersenyum setiap kali mengingat kejadian itu, meski lebih sering ingin menangis. Sebab kau pergi terlalu cepat.
“Tapi aku takkan menangis, agar kau tak ikut menangis. Aku merindukanmu, lelakiku yang bermata teduh. Damailah di sana, dengan kasih-Nya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!