"Aku baik-baik saja, Â tidak ada masalah. Kita sudah sepakat bukan?"
"Lima tahun kita bersama itu bukan waktu sebentar, Â aku juga harus memikirkan itu."
"Seandainya perjanjian itu tak berlaku kan harusnya sudah lama kita ganti atau kita bicarakan jauh-jauh hari."
"Iya."
"Karena itu kamu yang meminta, Â jadi aku iya saja, kalau sekarang sudah waktunya, Â ya aku iya saja Han, Â santuy jangan menjadi sebuah tekanan dalam hati dan pikiranmu."
Johan lalu berdiri dari duduknya, Â dia menghampiriku, Â lalu menarikku berdiri dan memelukku lama. Aku hanya bisa menahan genangan embun di mata agar tak jatuh. Â Aku akan tunjukkan aku bisa, Â aku tegar aku berkomitmen. Walau mulai merasa ada sepotong hatiku yang akan hilang.
Aku melepaskan pelukannya, Â mencoba tetap tersenyum agar dia tak berat untuk menentukan pilihannya.
"Johan, Â dia cintamu bukan? Yang sudah lama hampir seluruh usiamu menantinya. Â Dia sudah datang untuk membahagiakanmu, Â tunggu sebentar ya."
Aku masuk ke kamar, membuka lemari dan mengambil map yang berisi perjanjian.
"Ini Johan, Â toh kita sampai saat ini juga belum diberi amanah buah hati, Â tak apa-apa, Â ini memang jalanku, dan kamu tak perlu khawatir. Aku bisa menjelaskan nanti pada kakakmu. Beruntungnya Bapak Ibu sudah tiada, Â tidak ada beban untukmu melangkah. Biar aku yang menjelaskan pada orang tuaku tak apa-apa."
"Sari, Â mengapa kamu baik? Â Memberi kebebasan padaku, mengapa tak marah?"