"Oh no! Tidak perlu, di sini juga sudah cukup, awal pertemuan di sini, kita akhiri kuga di sini. Good bye."
Lelaki yang tak lain adalah Kenar itu segera keluar dari resto dan berlalu. Semua mata tertuju pada wanita yang cantik yang bertengkar dengan Kenar tadi.
"Maaf atas keributan tadi."
Wanita itu meminta maaf pada semua mata yang memandangnya.
Ajeng tertegun melihat kejadian tadi dia teringat nama lelaki yang disebut wanita tadi. Apakah itu kak Kenar yang dulu selalu membeli rempeyeknya? Ah untung tidak.sampai terjadi baku hantam dan piring terbang seperti di drakor.
Malam pun terus merambat, pukul 21.30 resto mulai tutup, Ajeng bersiap untuk pulang setelah membereskan semua pekerjaannya. Dalam pikirannya akan bisa membelikan rumah untuk ibu bapaknya. Jarak tempat kerja dan rumahnya tidak begitu jauh, hanya lima belas menit berjalan kaki.
"Ibu, Bapak, aku sudah pulang."
Seperti biasa dia selalu ceria, menyapa irang tuanya yang setia menanti Ajeng pulang.
"Kamu krasan kerja di sana nak?"
"Alhamdulillah Pak, Â teman kerja menyenangkan dan pemilik restoran yang ramah."
"Kamu sudah di rumah, ibuk tinggal istirahat dulu ya."
"Iya, ibu, Bapak, terima kasih sudah menunggu Ajeng."