"He he iya, aku minta maaf, Â marah sekali waktu itu, kecewa dikhianati begitu, apapun alasannya. Aku tak bisa terima, sudah berulang kali dia lakukan itu. Dan dia tidak merasa telah menyakiti. Eh jadi curhat begini aku."
"Hihihi, gak apa-apa, tidak akan aku siarkan juga."
"Kak, kog ingat ini aku yang jual rempeyek? Aku saja sudah pangling sama kak Kenar."
"Entah lah, aku lihat tanda tahi lalat dekat matamu itu, tadinya tidak yakin, aku amati terus, dan yakin kamu penjual rempeyek itu."
"He he, eh jalan sama saya begini apa ndak malu?"
"Saya tidak pernah milih teman, embok-embok pun saya akrabi."
"Ha ha bisa saja, oh ya aku sudah sampai di gang, sampai jumpa lagi, terima kasih sudah menemani jalan."
Ajeng segera menyusuri gang di mana dia tinggal bersama orang-orang yang sangat menyintainya.
Ajeng hanya senyum kecil mengingat Kenar yang jadi akrab dengannya.
Mereka semakin akrab, bila ada waktu luang Kenar menemani Ajeng pulang kerika kerja malam.
***
Ajeng adalah hadiah terindah bagi orang tuanya, dia ditemukan diantara tong sampah dan selokan di sebuah kota, saat akan berangkat berjualan ke pasar. Hati seorang wanita yang tak tega melihat jabang bayi dalam kardus, di urungkan berjualan dan membawa bayi temuannya ke rumah. Dia bahagia, ditunjukkan pada suami tercinta anugerah terindah yang mereka nanti bertahun lamanya.