Mohon tunggu...
Bening Alfiatur
Bening Alfiatur Mohon Tunggu... Freelancer - ibu rumah tangga

a born to be fighter

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Layangan

23 November 2014   05:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:05 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya. Dia adalah kakek si bocah laki-laki itu. Dia tidak dimakan raksasa penunggu bukit. Dia dihadapanku sedang bercumbu dengan wanita yang aku panggil sebagai ibu.

Kami berdua bertatap mata, ibuku yang duduk disebelahnya lebih terkejut, bagaikan melihat setan, kulitnya pucat pasi. Aku mengeluarkan duit 100 ribuan, kubanting dihadapan mereka berdua. Langsung kunyalakan mobil dan aku tinggalkan tempat perkara itu.

Ibu. Iya Ibuku. Ibu juga hilang di bukit terlarang itu. Dia hilang satu minggu sebelum Mbah Karyo hilang.

Ibuku.

Tidak dimakan raksasa penunggu bukit terlarang.

Hey, bocah laki-laki.

Berhentilah menunggu. Berhentilah menangis. Kakekmu juga tidak dimakan raksasa penunggu bukit terlarang.

Hey, bocah laki-laki.

Mari kita bermain layang-layang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun