Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nyanyian Sepasang Burung Kutilang

1 November 2015   01:42 Diperbarui: 1 November 2015   10:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku bertanya kepada angin yang datang dan berlalu:

Di manakah tempat awan dan hujan datang berbagi?

Kulihat kabut asap putih mengepung di segala penjuru

 

Nyanyian musim kering bergema keras di angkasa pagi

Bebukit telanjang menari dan meratap memanggil hujan

Terkulai pucuk helai Ilalang menyesali kesombongannya

 

Kutilang terbang menempuh angkasa terkurung asap

Lelah sayap mencari pohonan tempat berharap makan

Dilihatnya ulat dan serangga tiada satu pun di pepohon

 

Dalam kesedihannya, seekor induk Kutilang bernyanyi:

“Kutempuh anugrah hari dengan segenap rasa harapku

Namun Tuhan masih memberiku kesempatan ‘tuk hidup

 

Sepasang sayap kecil ini tak pernah berhenti berharap

Tetap kunyanyikan lagu syukur saat fajar hari merekah

Meski sorga di atas bumi ini binasa di tangan pemiliknya”

 

Seekor Kutilang jantan datang merasakan kepedihannya

Terbayanglah nasib generasi penerusnya di kemudian hari

Punah, pilihan hidup yang tak pernah terbayangkan olehnya

 

Dalam kesedihannya Kutilang jantan pun ikut bernyanyi:

“Andaikan kuharus hidup di sangkar emas yang kau buat

Nyanyian riang menyambut datangnya hari hilang makna

Kicauanku itu indah, kalau ia kunyanyikan di alam terbuka

 

Engkau boleh memilki tubuhku, di dalam sangkar emasmu

Namun kepak sepasang sayap mengarungi langit kebebasan

Bahagianya, tak bisa tergantikan oleh sejuta kasih sayangmu!”

 

Lalu sepasang burung Kutilang itu pun bernyanyi bersama:

“Biarkan daku terbang mengarungi hijaunya khatulistiwa

Tanah sorga penuh dengan pepohonan besar yang menjulang

 

Lihatlah pucuknya mengejar arah datangnya matahari  pagi

Reranting merentang lebar berbagi kebahagian pada sesama

Di bumi hijau segar ini tempat kutemukan nafas kehidupanku!”

 

Btm, 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun