Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Danau Harimau

29 Juli 2015   07:44 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan yang jauh, dua hari perjalanan berkuda

di bumi gersang, debu-debu beterbangan sepanjang jalan

matahari terik membakar, keringatku bercampur debu

aku berpikir mencari sumber air untuk istirahat sejenak

 

Kulihat dari jauh, ada pepohonan yang tampak hijau segar

kuduga ada mata air di sekitarnya, dan aku menuju ke sana

dugaanku ternyata benar, kulihat sebuah danau kecil di sana

kupacu kuda agar segera tiba di tempat ada sumber air itu

 

Aku memperhatikan ke sekeliling danau yang terlihat tenang

tidak ada tanda-tanda bahwa di sana ada kebun atau rumah

aneh,  ada sumber air namun tidak ada tanda-tanda kehidupan

pengalaman mengajarkan agar waspada di tempat seperti ini

 

Kulepaskan kuda agar dia minum dan mencari rumputnya

kulihat ia mendengus dan matanya melirik ke arah rerumputan

sekejap kemudian kulihat ia agak tenang dan mulai merumput

aku pun mencari tempat yang landai guna mencapai air danau

 

Kucium airnya tidak berbau,  dan terlihat banyak capung kecil

beterbangan di atasnya, sebuah pertanda bahwa airnya bersih

tidak merasa khawatir bahwa tempat ini telah tercemar racun

namun kesunyiannya membuatku terus berpikir: “kenapa?”

 

Matahari telah jauh condong ke Barat, langit berangsur gelap

pakaian yang tadi kucuci mulai kering, tubuh pun terasa segar

kudaku terlihat tenang, ia telah puas minum dan merumput

aku menyalakan api, membakar ikan-ikan yang kutangkap

 

Asap yang mengepul dan bau ikan yang kubakar terbawa angin

tiba-tiba kudaku berdiri dan meringkik, bulu kudukku berdiri

merinding, serasa ada makhluk yang menyeramkan di sekitarku

aku bersiap menghadapi bahaya,  sepertinya ada harimau di sini

 

Segera kubesarkan nyala api, kukumpulkan ranting-ranting kering

sebanyak-banyaknya,  api membesar dan asapnya menyebar rata

kulihat dua ekor harimau yang besar berlari menjauh karena asap

siasatku berhasil,  namun tiba-tiba ada sesorang menghampiriku

 

Dia berdiri menatapku, tanpa bicara dan wajahnya terlihat sangar

aku lebih dahulu menyapanya: “Assalammu’alaikum kisanak”

tak dijawabnya salamku, “jangan-jangan manusia harimau”pikirku

aku mulai khawatir dan bersiul memanggil kudaku agar mendekat

 

Seakan mengerti pikiranku, tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu

dari balik bajunya yang compang-camping, sebuah kantong kulit

tangannya bergerak-gerak seakan menyuruhku mengambilnya

aku mendekati dirinya yang berdiri sepuluh meter di depanku

 

Dia letakkan kantong itu ke tanganku, memaksaku mengambilnya

lalu dia membuka mulutnya, menunjukkan lidahnya yang pendek

seakan-akan memohon pengertian bahwa ia tidak bisa bicara

aku memakluminya dan segera merangkulnya dengan rasa haru

 

Kami  pun duduk bersama di pinggir danau, rasa saling bersahabat

dari isyarat-isyaratnya kupahami bahwa ia merasa berterima kasih

kulihat isi kantong itu ternyata sebuah batu merah yang bercahaya

dan juga sebuah surat yang ditulis dengan huruf arab melayu

 

Melalui surat itu kupahami bahwa batu itu batu akik raja harimau

barang siapa berhasil mengusir harimau-harimau dari danau itu

ia berhak memilikinya, dan terjawab sudah keherananku tadi

bahwa tempat ini sepi manusia karena merupakan sarang harimau

 

Aku pun bersiap-siap hendak melanjutkan kembali perjalanan

selesai memakan habis ikan-ikan bakar, aku segera pamit padanya

lelaki itu mempersilakanku dengan ramah, ketika telah di atas kuda

kulirik punggungnya, ternyata lelaki itu berekor seperti harimau!

 

Btm2015

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun