Perjalanan yang jauh, dua hari perjalanan berkuda
di bumi gersang, debu-debu beterbangan sepanjang jalan
matahari terik membakar, keringatku bercampur debu
aku berpikir mencari sumber air untuk istirahat sejenak
Kulihat dari jauh, ada pepohonan yang tampak hijau segar
kuduga ada mata air di sekitarnya, dan aku menuju ke sana
dugaanku ternyata benar, kulihat sebuah danau kecil di sana
kupacu kuda agar segera tiba di tempat ada sumber air itu
Aku memperhatikan ke sekeliling danau yang terlihat tenang
tidak ada tanda-tanda bahwa di sana ada kebun atau rumah
aneh, ada sumber air namun tidak ada tanda-tanda kehidupan
pengalaman mengajarkan agar waspada di tempat seperti ini
Kulepaskan kuda agar dia minum dan mencari rumputnya
kulihat ia mendengus dan matanya melirik ke arah rerumputan
sekejap kemudian kulihat ia agak tenang dan mulai merumput
aku pun mencari tempat yang landai guna mencapai air danau
Kucium airnya tidak berbau, dan terlihat banyak capung kecil
beterbangan di atasnya, sebuah pertanda bahwa airnya bersih
tidak merasa khawatir bahwa tempat ini telah tercemar racun
namun kesunyiannya membuatku terus berpikir: “kenapa?”
Matahari telah jauh condong ke Barat, langit berangsur gelap
pakaian yang tadi kucuci mulai kering, tubuh pun terasa segar
kudaku terlihat tenang, ia telah puas minum dan merumput
aku menyalakan api, membakar ikan-ikan yang kutangkap
Asap yang mengepul dan bau ikan yang kubakar terbawa angin
tiba-tiba kudaku berdiri dan meringkik, bulu kudukku berdiri
merinding, serasa ada makhluk yang menyeramkan di sekitarku
aku bersiap menghadapi bahaya, sepertinya ada harimau di sini
Segera kubesarkan nyala api, kukumpulkan ranting-ranting kering
sebanyak-banyaknya, api membesar dan asapnya menyebar rata
kulihat dua ekor harimau yang besar berlari menjauh karena asap
siasatku berhasil, namun tiba-tiba ada sesorang menghampiriku
Dia berdiri menatapku, tanpa bicara dan wajahnya terlihat sangar
aku lebih dahulu menyapanya: “Assalammu’alaikum kisanak”
tak dijawabnya salamku, “jangan-jangan manusia harimau”pikirku
aku mulai khawatir dan bersiul memanggil kudaku agar mendekat
Seakan mengerti pikiranku, tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu
dari balik bajunya yang compang-camping, sebuah kantong kulit
tangannya bergerak-gerak seakan menyuruhku mengambilnya
aku mendekati dirinya yang berdiri sepuluh meter di depanku
Dia letakkan kantong itu ke tanganku, memaksaku mengambilnya
lalu dia membuka mulutnya, menunjukkan lidahnya yang pendek
seakan-akan memohon pengertian bahwa ia tidak bisa bicara
aku memakluminya dan segera merangkulnya dengan rasa haru
Kami pun duduk bersama di pinggir danau, rasa saling bersahabat
dari isyarat-isyaratnya kupahami bahwa ia merasa berterima kasih
kulihat isi kantong itu ternyata sebuah batu merah yang bercahaya
dan juga sebuah surat yang ditulis dengan huruf arab melayu
Melalui surat itu kupahami bahwa batu itu batu akik raja harimau
barang siapa berhasil mengusir harimau-harimau dari danau itu
ia berhak memilikinya, dan terjawab sudah keherananku tadi
bahwa tempat ini sepi manusia karena merupakan sarang harimau
Aku pun bersiap-siap hendak melanjutkan kembali perjalanan
selesai memakan habis ikan-ikan bakar, aku segera pamit padanya
lelaki itu mempersilakanku dengan ramah, ketika telah di atas kuda
kulirik punggungnya, ternyata lelaki itu berekor seperti harimau!
Btm2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H