Narasumber telah berjanji untuk menelepon balik, tapi itu tidak terjadi. Saya pun tidak berani menelepon kembali, karena ada rasa segan dan ketidaknyamanan yang muncul dalam situasi seperti ini.Â
Saya khawatir akan terlihat tidak sopan dan dapat merugikan citra saya, serta citra kampus saya.
Pagi berikutnya, pada tanggal 9 November 2023, saya memutuskan untuk menghubungi narasumber kembali.Â
Dengan penuh kehati-hatian, saya memberikan penjelasan bahwa sebelumnya saya merasa ragu untuk menghubungi narasumber kembali, mengingat janji narasumber untuk menelepon balik.
Dalam waktu yang tak begitu lama, narasumber membalas pesan singkat saya dengan kata "Ok.".Â
Saya merasa bingung dengan respons tersebut dan bingung harus bagaimana. Tak berselang lama, saya menerima panggilan masuk dari narasumber.
Saat itu saya terkejut, saya langsung memahami tujuan panggilan tersebut pasti ingin melanjutkan wawancara. Namun, saya belum siap, saya belum mempersiapkan perangkat perekaman dan alat-alat yang diperlukan.Â
Saya segera meminta izin untuk mengalihkan panggilan melalui WhatsApp di laptop dan meminta izin untuk merekam percakapan.
Wawancara pun dimulai, walaupun saya merasa tegang karena saya belum siap sepenuhnya. Saya mencoba tetap tenang dan berusaha mengambil kesempatan sebaik mungkin.Â
Namun, di tengah wawancara, terdengar suara dari narasumber bahwa dia harus segera masuk ke ruang meeting.
Itu membuat saya merasa terburu-buru, merasa bahwa waktu yang saya miliki terbatas. Saya mencoba menanyakan pertanyaan inti yang sudah saya siapkan, dan narasumber menjawab dengan jelas.Â