Mohon tunggu...
Healthy

Memahami Misteri Ilahi Melalui Sel Punca

23 Oktober 2017   19:52 Diperbarui: 23 Oktober 2017   20:06 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

A.PEMBUKAAN DAN DASAR TEORI

Salam untuk para pembaca, kali ini saya akan memberikan info mengenai hubungan antara sel punca dengan ginjal manusia. Kita akan membahas "apakah sel punca itu mempengaruhi dalam memperbaiki kerusakan pada ginjal ?". Sebelum kita menuju ke topik pertanyaan tersebut, kita akan memahami secara mengenai ginjal.

Ginjal manusia menyerupai bentuk biji kancang merah. Jumlah ginjal pada manusia ada 2, yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan. Bagian luar dari ginjal disebut korteks, di bawahnya terdapat medula. Sedangkan bagian dalamnya terdapat pelvis renalis.

Bagian luar dari ginjal terdapat glomerulus dan simpai bowman. Keduanya membentuk kesatuan yang disebut badan malpighi. Badan malpighi mempunyai saluran menuju ke medula. Sedangkan Medula merupakan kelanjutan dari badan malpighi. Pelvis renalis merupakan rongga yang berfungsi untuk menyimpan urine sementara sebelum urine dikeluarkan melalui ureter.

Secara umumnya, ginjal berfungsi untuk penyaringan darah. Dari proses penyaringan tersebut akan mengeluarkan zat sisa berupa urine. Di dalam ginjal meliputi 3 proses, yaitu filtrasi (penyaringan darah) yang berada di glomerulus. Cairan dari hasil penyaringan akan ditampung di simpai bowman. Lalu akan dilanjutkan proses reabsorbsi (penyerapan kembali) yang berlangsung di Tubulus Kontortus Proksimal. Di sinilah terjadi penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh. Cairan yang dihasilkan disebut dengan urine sekunder. Setelah reabsorbsi terdapat 1 proses lagi yang disebut Augmentasi (proses pengumpulan). Proses ini terjadi di Tubulus Kontortus distal. Pada proses ini terjadi pengumpul cairan dari proses sebelumnya. Dalam proses ini menghasilkan urine yang sempurna sehingga disalurkan ke pelvis renalis. Selanjutnya akan dibawa ke kantong kemih, kemudian yang terakhir menuju uretra.

B.PEMBAHASAAN PENDALAMAN TOPIK

Sekarang kalian sudah mulai mengerti sekilas dari Ginjal. Sebelum saya menjelaskan mengenai hubungan antara sel punca dengan ginjal, kita harus memahami mengenai sel punca terlebih dahulu. Tubuh manusia memiliki beragam jenis sel yang berbeda namun sangat penting bagi kehidupan kita. Sel-sel bertanggung jawab dalam menjaga tubuh kita setiap harinya, seperti jantung yang berdetak, otak kita yang berpikir, ginjal sebagai penyaringan darah, mengganti kulit yang terkelupas, dan masih banyak lagi kegunaannya yang amat berarti itu.

Sel Punca itu adalah sumber untuk sel-sel baru. Sel punca berasal dari kata "punca" yang berarti awal mula. Sel punca sudah mulai ada sejak embrio yang kemudian akan membentuk banyak jenis sel yang berbeda-beda. Tugas utama dari sel punca adalah menciptakan berbagai jenis sel tersebut. Saat sel punca membelah, mereka dapat memperbanyak jumlah atau menjadi jenis sel yang lainnya. Contohnya Sel punca yang berada di kulit dapat menciptakan jumlah sel punca lebih banyak yang memiliki tugas yang spesifik, yaitu membuat pigmen melanin (warna pada kulit).

Saat kita terluka atau sakit, sel kita juga mati atau rusak. Saat hal itu terjadi, sel punca berguna untuk memperbaiki jaringan yang terluka atau menggantikan sel lain yang terjadi kematian rutin. Dengan begitu sel punca membuat tubuh kita terjaga sehat dan tidak mengalami penuaan dini.

Berikut adalah ciri-ciri sel punca antara lain :

1.Belum berdiferensiasi sehingga belum memiliki bentuk dan fungsi yang spesifik layaknya sel-sel yang lain. Populasi sel punca tampak sebagai sel inaktif yang fungsinya baru terlihat dalam waktu dan kondisi tertentu.

2.Mampu memperbanyak diri, yaitu dengan cara replikasi untuk menghasilkan sel-sel yang berkarakteristik sama dengan sel induknya.

3.Sel punca bersifat Pluripoten dan Multipoten, bergantung pada jenis sel tersebut. Pluripoten adalah kemampuan sel untuk berdiferensiasi menjadi sel tubuh apapun yang berasal dari ketiga lapisan embrional (ektoderm,mesoderm,dan endoderm).Sedangkan Multipoten adalah kemampuan sel untuk berdeferensiasi hanya menjadi beberapa jenis sel yang biasanya berada dalam satu golongan, misalnya sistem saraf atau sistem hematopoietik.

Berdasarkan tingkat maturasi, sel punca dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sel punca embrionik dan sel punca dewasa. Sel punca embrionik adalah sel punca yang didapatkan saat perkembangan induvidu masih berada di tahap embrio. Sel punca jenis ini terbentuk pada saat embrio berumur 3-5 hari, yaitu pada saat blasitosis akan melakukan tahap implantasi di dinding rahim. Dalam perkembangannya, sel ini akan berproliferasi (pertumbuhan pesat menghasilkan jaringan baru, bagian, sel, atau keturunan)  dan berdeferensiasi menjadi sel-sel dewasa. Para ilmuwan tertarik dengan sel punca embrionik karena tugasnya yaitu mampu membangun organ dan jaringan kita selama perkembangan manusia. Sel punca bersifat pluripoten. Dengan sifat tersebut, secara logis tidak ada satupun penyakit degeneratif yang tidak dapat diobati. Namun sel punca embrionik juga punya daya poliferasi yang tinggi sehingga terapi sel dengan menggunakan sel punca embrionik dapat berisiko tinggi menimbulkan tumor yang tidak diinginkan.

Sel punca dewasa adalah sel punca yang ditemukan di antara sel-sel lainnya yang telah berdiferensiasi dalam suatu jaringan dewasa. Sel ini belum berdiferensiasi atau dalam keadaan inaktif. Sel punca dewasa bersifat multipoten yang mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang segolongan.

Contoh sel punca dewasa antara lain :

1.Sel punca hematopoietik

Berdeferensiasi menjadi sel darah seperti eritrosit, trombosit, neutrofil, limfosit B, dan limfosit T.

2.Sel punca jaringan saraf (neural)

Berdeferensiasi menjadi 3 jenis sel saraf utama (astrosit, oligodendrosit, dan neuron).

3.Sel punca jaringan kulit

Berdeferensiasi menjadi keratinosit dan sel-sel lapisan epidermis kulit.

4.Sel punca meesnkimal

Berdeferensiasi menjadi osteosit, kondrosit, adiposit, dan sel-sel jaringan ikat.

5.Sel punca jantung

Berdeferensiasi menjadi 3 jenis sel jantung utama (endotel, kardiomiosit, dan sel otot polos).

Berdasarkan pada kemampuan untuk berdiferensiasi, sel punca dikelompokkan menjadi totipoten, pluripoten, multipoten, dan unipoten. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdeferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk sel punca Totipoten adalah zigot dan morula. Sel tersebut merupakan sel embrionik awal yang memiliki kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu induvidu yang utuh.

Pluripoten adalah sel punca yang dapat berdeferensiasi menjadi 3 lapisan germinal embrionik, yaitu endoderm, mesoderm, dan ektoderm. Tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik. Endoderm dapat menjadi bakal organ-organ dalam seperti paru-paru, liver, usus dan pankreas. Mesoderm di lapis kedua bakal menjadi otot, tulang, tubulus ginjal, dan darah. Terluar ada ektoderm yang menjadi bakal kulit, sistem saraf, enamel gigi, lensa mata, dan neural crest (jalur tempat berjalannya saraf dari otak ke sepanjang tulang belakang).

Multipoten adalah sel punca yang berdeferensiasi menjadi berberapa jenis sel. Misalnya, sel punca hemopoetik yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdeferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf yang memiliki kemampuan untuk berdeferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.

Unipoten adalah sel punca yang hanya dapat berdeferensiasi menjadi 1 jenis sel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca memiliki sifat masih dapat memperbarui atau meregenerasi diri. Contohnya adalah erythroid progenitor cells hanya mampu berdeferensiasi menjadi sel darah merah.

Saya akan memberitahu kelebihan dan kekurangan dalam pengunaan dari sel punca. Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain :

1.Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.

2.Bersifat pluripoten, artinya mempunyai kemampuan untuk berdeferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang merupakan turunan 3 lapis germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm.), tetapi tidak dapat membentuk selubung embrio.

3.Immortal, artinya dapat berumur panjang sehingga mampu memperbanyak diri ratusan kali pada media kultur.

4.Reaksi penolakan pada imunitas rendah.

Kekurangan pada penggunaan sel induk embrionik antara lain :

1.Bersifat karsinogenik, artinya tiap kontaminasi dengan sel yang tidak berdeferensiasi dapat menimbulkan kanker.

2.Bersifat allogenik, yang berarti sel induk yang diambil berasal dari pendonor yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya rejeksi imunitas.

3.Secara kode etik masih kontrolversial, dimana yang menjadi letak kontroversialnya dalam penggunaan stem cell embrio, yakni sumber sel tersebut.

Kelebihan pada penggunaan sel induk dewasa adalah :

1.Didapat dari pasien sendiri sehingga dapat menghindari atau meminimalisir terjadinya penolakan imun.

2.Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.

3.Tidak terlalu menimbulkan masalah etika.

Kekurangan pada pengunaan sel induk dewasa adalah :

1.Sel induk dewasa ditemukan di 12 tempat yang berbeda dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit, daerah gigi, pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, dan usus) sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam jumlah yang besar.

2.Hidupnya tidak selama sel induk embrionik.

3.Bersifat multipoten, yang berarti mampu berdeferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel sehingga diferensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang bersifat pluripoten.

Potensi sel punca dalam aplikasi klinis antara lain yaitu sel punca dapat dipercaya dapat menjadi solusi penyakit degeneratif, yaitu kerusakan-kerusakan pada jaringan atau organ. Kerusakan sel-sel itu bersifat irreversible, sehingga obat-obatan yang tersedia pada saat ini hanya mampu memperlambat atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan/organ yang lebih luas. Contoh penyakit degenreatif, yaitu :

1.Stroke (terganggunya pasokan darah menuju ke otak).

2.Alzheimer (otak mengerut dan mengecil).

3.Diabetes mellitus (gangguan metabolisme insulin).

4.Asterosklerosis (mengalami peradangan di pembuluh darah).

5.Infrak miocard (serangan jantung).

Secara alamiah, sel punca berguna untuk menggantikan sel tua atau sel yang sakit, para ilmuwan memiliki gagasan ide untuk menggunakan sel punca sebagai terapi untuk pasien dengan berbagai macam kondisi medis. Langkah-langkahnya, yaitu dengan memberikan sel punca kepada pasien atau disebut transplantasi sel punca. Jadi kita mampu menggunakan kemampuan alami dari sel punca untuk mengobati pasien.

Contohnya, jika ada pasien memiliki penyakit serangan jantung maka akan diberikan sel punca sebagai terapi dalam pengobatannya.Tujuannya adalah agar sel punca yang ditransplantasi tersebut mampu memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terdapat pada jantung. Kapasitas sel punca yang kita miliki secara alami belum tentu mampu memperbaiki kerusakan-kerusakan pada organ atau jaringan sehingga kita butuh sel punca yang berasal dari luar untuk memperkuat dalam memperbaiki kerusakan pada diri manusia.

Ada 2 jenis dalam melakukan transplantasi sel punca, yaitu transplantasi sel punca Autolugus dan transplantasi sel punca Allogenik. Transplantasi Autolugus dilakukan dengan cara menggunakan sel-sel punca milik pasien sendiri yang kemudian dibekukan dan disimpan. Sel punca tersebut nantinya akan ditransplantasikan kembali 2 kali ke tubuh pasien dengan jarak 3-6 bulan. Kelebihan dari transplantasi ini adalah lebih sedikit berisiko penolakan dan lebih sedikit efek samping. Namun dari transplantasi ini juga ada kelemahannya, yaitu sel-sel kanker mungkin belum sepenuhnya hilang dan memerlukan radiasi serta kemoterapi.

Transplantasi yang kedua disebut transplantasi Allogenik. Transplantasi ini dilakukan dengan menggunakan sel pedonor, biasanya dari relawan atau kerabat. Biasanya transplantasi ini dilakukan jika transplantasi Autolugus gagal dilakukan dengan baik atau khusus dilakukan oleh pasien menderita leukemia, dan limfoma agresif. Kelebihan dari sel ini adalah bebas dari kanker karena menciptakan sistem kekebalan tubuh baru yang terus berkembang setelah proses. Namun transplantasi ini juga mempunyai kekurangan, yaitu resiko efek samping yang besar dan pemulihan akan menjadi lebih lambat karena adanya ketidakcocokan antara sel punca dari luar dengan tubuh pasien.

Metode jenis transplantasi akan bergantung pada usia pasien, jenis dan tingkat keparahan penyakit, jumlah saudara kandung dari pasien, dan tingkat kerusakan sumsum akibat radiasi atau kemoterapi.

Resiko yang dapat terjadi dari penggunaan transplantasi sel punca adalah :

1.Perkembangan sel punca embrionik dapat menjadi tidak teratur atau secara singkat berkembang menjadi beberapa jenis sel.

2.Graft-versus-host disease

Sistem kekebalan tubuh pasien menggangap sel punca dari donor sebagai benda asing sehingga menolak sel tersebut.

3.Infeksi

4.Infertilitas

5.Munculnya kanker baru

6.Katarak

7.Kegagalan transplantasi sel punca

8.Kematian

Menurut saya berdasarkan penjelasan di atas, sel punca mampu memperbaiki kerusakan pada ginjal. Saya bisa mempercayai hal itu karena mengingat bahwa sel punca mampu menyembuhkan penyakit degeneratif atau penyakit dimana saat ini masih sulit untuk disembuhkan dan bahkan obat-obatan hanya sebagai pencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan yang lebih luas. Bahkan jantung yang bagian yang lebih vital daripada ginjal pun mampu disembuhkan menggunakan sel punca. Ini membuktikan bahwa sel punca itu memiliki kemungkinan cukup besar dalam memperbaiki kerusakan pada ginjal. 

Begitulah pandangan saya mengenai hubungan sel punca dengan ginjal yang beranggapan setuju bahwa sel punca mampu memperbaiki kerusakan pada ginjal. Namun hidup itu tak bisa diprediksikan begitu saja, semuanya bisa terjadi tergantung Tuhan mengkehendakiNya. Kita hanyalah manusia yang bagaikan butiran debu di mataNya. Kita hanya bisa berpikir sebatas yang kita ketahui, berbeda dengan Tuhan yang mengetahui segalaNya. Jadi jika anda ingin berobat menggunakan sel punca maka selalulah minta penyertaan dari Tuhan karena Tuhanlah yang selalu menentukan hasilnya. Demikian pembahasan tentang topik ini, dan maaf bila ada kesalahan dalam pembahasan ini. Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun