Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Interview Session (2): Anto Hoed, Mensinergikan Lagu dan Aransemen Musik

30 Agustus 2021   18:02 Diperbarui: 2 September 2021   21:47 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi saya suka denger, musik Lofi yang jepang. Kemudian saya banyak juga denger musik untuk film, kayak filmnya Hans Zimmer, Alexandre Giespa," jelas Anto kepada saya."

Kiprahnya dalam membuat soundtrack film sudah tidak perlu diragukan lagi. Sejumlah karyanya selalu mendapatkan tempat dihati penikmat musik Indonesia. Menurutnya Anto, selalu mengkondisikan agar musiknya berdialog dengan lagu buatan Melly.

"Karena saya bukan pembuat lagu, yang membuat lagu itu kan Melly. Jadi saya selama ini memang hanya mengaransemen lagu. Tetapi aransemen itu yang saya lakukan memang harus menyatu dengan lagunya, artinya membuat aransemen, terutama di lagu-lagunya Melly itu memang harus, saya 'kayak berbicara / berdialog' dengan Melly, supaya musiknya itu 'menyatu' dengan dia".

Karena sudah mengenal Melly bertahun-tahun, maka tidaklah sulit untuk menerjemahkan keinginan Melly dalam membuat sebuah komposisi. Dalam mencipta lagu, ia juga sebisa mungkin tidak menggangu lagu itu, sehingga sampai ke pendengar.

"Prinsipnya adalah jangan sampai aransemen itu mengganggu lagunya. Itu yang saya lakukan. Mungkin karena udah bertahun-tahun, lebih mudah menangkap yang Melly mau. Kalau yang menyentuh ya, itu yang saya bilang tadi. Harus dialog dengan lagunya, dengan lagu aslinya. Jadi jangan sampai diganggu itu lagu. Sehingga sampai ke pendengar", pungkas Anto yang selalu berdandan funky ini.


Membaca dan menonton film, menjadi kegiatan alternative Anto Hoed, jika tidak sedang bermusik. Belakangan malah ia dapat mendapat kiriman banyak buku. Dirinya begitu menikmati momen membaca buku. 

"Terutama akhir-akhir ini ya, saya...nonton film, atau saya baca buku. Banyak dapet kiriman buku-buku. Dua buku terakhir saya dikirim dari.....saya baca buku judulnya Pasang Surut Idealisme.

Ada macam-macam. Ini ada pidato-pidato orang, macam-macam ada; WS Rendra, Umar Farid, Remy Sylado, banyak. Ini dari Akademi Jakarta. Karena kebetulan saya anggota Akademi Jakarta 'kan, Ada Ibu Karlina Supeli. Ada Ibu Toeti Heraty (dosen filsafat UI), Asrul Sani, ada Taufiq Ismail".

Anto lalu menceritakan secara singkat tentang isi buku yang dibacanya. Anto membaca buku, karena ingin memperluas wawasannya. "Mereka berbicara soal kebudayaan, idealism.  

Kemudian persoalannya, bagaimana jaman dulu. 'Kan ada Genoside, jaman dulu di Maros Timur..... Akhir2 ini saya perlu baca buku, karena saya takut kekurangan knowledge-pengetahuan. Jadi saya khawatir, kalau saya nggak pernah baca. Wawasan saya menjadi berkurang".

Musik 80an-90an mempunyai kesan tersendiri bagi Anto. Baginya musik pada era itu, memiliki aransemen lagu yang sederhana, serta melodi lagunya bisa menempel dengan nyaman ditelinganya. 

Menurutnya anak-anak jaman sekarang, menyenangi musik pada tahun-tahun itu. "Saya lebih sering denger lagu era 80an -- 90an. 

Lagu barat banyak. Lagu-lagu 80an banyak sihh, kayak Surface, Rita Rollies, banyak 80-90 saya dengerin. Ya cuman sekedar, kok mereka buat aransemen lagunya sederhana ya.

Terus melodinya juga nyantel gitu lhoo. Ternyata anak-anak sekarang menyenangi musik-musik tahun itu, musik yang dianggap masa kini adalah musik 70-90an. Kalau kita denger Bruno Mars itu 70s sebenernya, Influence dari 80s, Funk 80s, diremake, dibikin lagi. Jadi music, yang kalo diremake akan jadi sekarang", ujar pemain bass ini.


Musik masa kini menurut Anto banyak yang diremake ulang. Ia lalu mengambil beberapa sampel penyanyi, yang lagunya diremake ulang. Anak-anak milenial bahkan tidak sadar, jika musik yang mereka dengarkan, merupakan musik jaman lampau yang diciptakan ulang. "Hip-hop itu kan dari mulai mundur dari Snoop Dog, mundur lagi jamannya Mc Hammer. 

Terus mundur, jadi mereka. Sebenernya kayak Taylor The Greatest, yang ada di Tiny Desk. Orang item lagunya soul aja biasa, kayak R n B. Musiknya masa kini, cuman musiknya masa kini yang raw / mentah. Saya kira kadang-kadang suka kita, yang salah paham tentang musik masa kini", terang pemain bass band Potret ini.

Contoh konkret dari analisa Anto, adalah anak-anaknya sendiri, yang masih mendengarkan musik Potret. Tidak sampai disitu saja, mereka juga mendengarkan band 90an lainnya, seperti; GIGI, & Dewa. "Gini aja deh, pas 90's dulu kan begitu heboh ya. Orang pengen denger lagi, karena mungkin dikuping nyantel. Kayak GIGI, Dewa. Itu nggak habis-habis dengernya, sampai ke anak-anak saya juga masih denger. Lagu Potret bahkan dia denger. Padahal mereka waktu itu belum lahir", ucap Anto lagi.

Menurut Anto, anak-anak jaman sekarang-milenials. Tidak semuanya mendapatkan kenikmatan mendengarkan & pengetahuan musikal, pada musik masa kini. Sehingga mereka mencari kembali musik-musik pada jaman lampau. Anto menyebutkan grup musik Suara Disko yang berkolaborasi bersama Dian Sastro. Disitu bisa ditemui suara-suara disko, dengan nuansa 70an. 

Nuansa musik Mahardika, Chrisye. "Gini aja deh, pas 90s dulu kan begitu heboh ya. Orang pengen denger lagi, karena mungkin dikuping nyantel. Kayak GIGI, Dewa. 

Itu nggak habis-habis dengernya, sampai ke anak-anak saya juga masih denger. Lagu Potret bahkan dia denger. Padahal mereka waktu itu belum lahir. Jadi maksud saya mungkin. Apa yang mereka perlukan atau, mereka mau tidak bisa didapet.

Sehingga mereka mencari ke musik yang lalu. Jadi tau Suara Disko yaa....dia yang nyanyinya bareng Dian Sastro, kadang dia juga nyari nuansa 70an nuansanya Mahardika, Chrisye. Artinya ada, hal-hal yang waktu sekarang mereka nggak dapet, cari terus mundur kebelakang.

Karena nggak mungkin kedepan kan ya....nanti liat aja di instagramnya (Suara Disko). Mereka nyanyi sama Eva Celia bikin lagu. Nah, Lale segala juga masuk disitu (Lale 'Ran'). Sebenarnya media juga membuat salah kaprah, didalam kasih definisi masa kini. Musik masa kini, sebenrnya nggak dapet apa-apa. Kecuali EDM, itu udah lewat. Karena lagu Justin Bieber yang sekarang itu lebih melodius", terang Anto menjabarkan pemahamannya.


Dari sudut pandang Anto, anak pada era masa kini, justru lebih beruntung. Sebab, mereka sudah mempunyai banyak media untuk membesarkan karya mereka. "Kalo saya liatnya hari ini mereka, mempunyai media untuk membesarkan karya lebih gampang. Bisa lewat Instagram, Youtube,TikTok. Menurut saya itu media yang cukup ampuh untuk berkarya. 

Lakukan aja, teruskan aja. Itu 'kan harus dapet perhatian dari orang. Kalau nggak dapet perhatian dari orang karya itu, ya....artinya karya itu berarti ketika muncul, dan mendapat apresiasi orang", jelas Anto lagi.

Sebuah karya musik, harus bisa dinikmati banyak orang. Apabila tidak bisa dinikmati orang banyak, maka akan menjadi hal yang percuma. Menjadi individu yang otentik, merupakan poin yang penting. 

Ia memberi contoh tentang penyanyi Psy, musisi asal Korea Selatan. Lagunya Gangnam Style mendapat atensi publik internasional yang luar biasa, meskipun ia memakai Bahasa korea, sebagai lirik lagunya.

"Kalo sendiri aja, mungkin bagus, ya bisa bagus. Tapi kalau nggak disampaikan ke orang lain melalui media, ya percuma. Kan karya itu diberikan ke khalayak ramai, kemudian dapat respon. 

Saya kira untuk publik sekarang ya....carilah yang menurut mereka cocok. Dan jgn berpura-pura, jadi Justin Bieber, otentik. Karena gini, ini ada bukunya; Inget Gangnam Style ga sih ?, korea selatan itu ada didunia kan. Tetapi orang nggak peduli dengan Bahasa yang mereka nggak ngerti. Jadi artinya ngak usah ganti dengan Bahasa ingris, nggak usah ganti Bahasa yang lain. Ganti pakai bahasanya sendiri juga berhasil", jelas Anto seraya menjelaskan.

Walaupun mempunyai Bahasa yang berbeda, tetapi sebuah lagu juga memiliki peluang untuk bisa diterima dipangsa pasar internasional. Dirinyapun memberi contoh tentang lagu Melly Goeslaw 'Bagaikan Langit' yang mendapatkan tempat dihati penikmat musik diluar Indonesia. 

"Karena Gangnam Style atau lagu-lagu korealah yang sekarang top, mereka juga nggak ngerti artinya apa sih. Bahkan ngomongnya apa mereka juga nggak ngerti. Gangnam Style di USA itu top lhoo..., padahal mereka nggak tau artinya apa.

Misal waktu itu ada juga lagunya Melly , yang; 'Bagaikan Langit' itu diekspor sampai ke Spanyol (jadi single). Kemudian dulu juga udah pernah lagu Heart dipake di Taiwan. Dibuat oleh artis Taiwan. Jadi artinya ,nggak usah sulit. Buat aja yang baik, tapi ada kunci-kuncinya", jelas Anto menimpali.


Sebagai musisi senior, ia memberikan pesan, pada anak muda jaman sekarang yang ingin karyanya bisa diapresiasi publik luar negeri. Penting halnya untuk bisa mengedepankan otentisitas. 

Anto lalu mengambil contoh Weird Genius sebagai, sampelnya. Anak jaman sekarang, baiknya harus cerdik, dalam mengenalkan karyanya. Sebab platform media sosial, sudah banyak. Dan tugas kita hanyalah berkarya sebaik-baiknya.

"Maksudnya untuk dunia itu, senengnya bentuknya gini. Ya kayak...Lathi (Weird Genius)....itu juga berhasil membuat dunia denger. Jadi artinya kita berkarya aja, ga usah takut. Dan otentik yang tepenting. Sara itu otentik, vokalnya otentik. Bikin aja, berkarya aja. Bahkan kalau bagus di Youtube dapet uang malahan. Bikin aja yang baik, yang bagus.

Kita bisa nyanyi, main gitar sendiri, main drum sendiri. Kalau mau labas, ya lewat Toutube aja. Lewat iTunes kan mesti lewat aggregator, kalau mau bener-bener sendiri ya bisa lewat Youtube, bisa meledak. Sekarang sarana lebih mudah,tapi karena banyak. Kita mesti lebih pinter. Untuk cari otentiknya otentik, gimana", tutup Anto siang itu, menyudahi obrolan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun