Mohon tunggu...
Bellarosita Faisal
Bellarosita Faisal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hiking

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter melalui Kearifan Lokal Adat Moloku Kie Raha

26 Juni 2024   20:31 Diperbarui: 16 Juli 2024   09:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Ternate ada syair yang mengisyaratkan di mana manusia ketika terlalu mengejar kesenangan hidup membuat manusia lupa diri dan melakukan perbuatan yang seharusnya tidak boleh diperbuat yang akibat dari perbuatan itu, Tuhan menghukum seluruh manusia dengan menenggelamnkan kampung itu, maka musnahlah seluruh manusia dan harta bendannya. Kampung yang tenggelam itu bernama Tolire. Makanya satu - satunya kampung tidak memiliki penduduknya hanya Tolire. Petikan syairnya sebagai berikut :

Toma Gamlamo sema Gam Tolire, Gam Jaha. Ena ma oras toma subuh, ma namo temo walo raange. Lobi dai lobi dia mancia gunanga duka nyinga singsara siokona. Ana simongo - mongo, Kie ma Cara se Ngale, m aKie ipoto, ma ngolo i rua, Gam Tolire, Gam Jaha. ( Di negeri Gamlamo ada kampung Tolire, kampung yang tenggelam, Pada waktu subuh, ayam selalu berkokok tiga kali.  Aduh kasihan manusia berwajah duka dan hatinya sengsara diliputi awan hitam di laut dan awan hitam di darat. Mereka pun tertegun dengan kebesaran yang diperlihatakan Tuhan di mana gunung diperintahkan memunculkan kekuatannya dan air laut mengalir masuk akhirnya kampung Tolire pun tenggelam.

Itulah kisah yang terjadi di bumi di mana Tuhan langsung menghukum manusia -manusianya, yang dilambangkan dengan Kie ma Cara sema Ngale.

Kisah tenggelamnya Gam Tolire memang hanya merupakan lengenda yang kebenarannya Walahu’alam bisawab, Allah Maha Mengetahui apa -apa yang pernah terjadi dan akan terjadi. Namun dari cerita itu paling tidak kita bisa memetik hikmah yang terkandung didalamnya, bahwa ketika manusia tidak lagi menempuh jalan sesuai yang Allah tunjukan maka hanya menunggu waktunya untuk menerima hukuman sebab jalan yang ditempuh tidak diridhai Allah.

Dari paparan dan dola bololo di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa, Cara Se Ngale adalah jalan Illahi yang harus ditempuh manusia di muka bumi, yaitu perintah yang harus ditaati dan larangan yang harus dijauhi manusia. Jika diandaikan, Cara se Ngale laksana Ilmu dengan Metodologinya, semakin tepat metode yang digunakan untuk mengkaji dan menganalisa suatu masalah, maka akan semakin tepat hasil yang didapat. Namun jika metodenya saja sudah keliru, maka hasilnya pun keliru.

Loa Se Bannar

Perbuatan yang lurus dan benar adalah perbuatan Allah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul -Nya. Yaitu perbuatan yang diridhai oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jika manusia di dalam memenuhi hajatnya selalu menempuh jalan yang lurus dan benar, maka hasil yang diperoleh manusia adalah kebaikan, bukan keburukan. Semakin lurus dan benar jalan yang ditempuh manusia, akan semakin baik hasil yang diraih manusia. Semakin bengkok dan salah jalan yang ditempuh manusia, akan semakin buruk hasil yang diraih manusia, terutama di akhir zaman nanti.

Di dalam ilmu pengetahuan yang telah Allah berikan kepada manusia agar manusia memperoleh keselamatan hidup dunia dan akherat, dalam bahasa Ternate disebut Loa Se Bannar yaitu, Kebenaran Illahi yang ada pada manusia. Loa Se Bannar adalah perbuatan lurus dan benar guna mencapai kebaikan yang telah ditunjukan Tuhan kepada manusia, melalui sikap dan perilaku para Nabi dan Rasul. Kita memang tidak bisa menjadi Nabi dan Rasul, tapi kita bisa dan harus meniru sikap dan perilaku Nabi dan Rasul untuk dijadikan sikap dan perilaku ( suri tauladan) umat manusia masa kini. Karena sikap dan perilaku Nabi dan Rasul itu adalah sikap dan perilaku dari makhluk yang dikatakan sempurna : Manusia.

Duka Se Cinta

Duka Se Cinta, yaitu rasa kasih dan sayang yang hadir di dalam diri manusia, yang merupakan sifat Pengasih dan Penyayang dari Allah yang ada di dalam diri manusia sempurna. Manusia hidup telah ditakdirkan saling tergantung satu sama lain. Sehingga di dalam hubungan yang saling ketergantungan itu lahirlah sikap toleransi di mana manusia akan turut merasakan apa - apa yang dirasakan oleh orang lain. Penderitaan yang dialami oleh seseorang, misalnya, ditimpa musibah kecelakaan, bencana alam, kerusuhan dan bahkan kematian, akan melahirkan sikap peduli terhadap derita yang dialami orang tersebut. Ini terbukti dengan datangnya orang -orang, baik dalam rangka mengucapkan rasa belasungkawa maupun ikut serta menyumbangkan tenaganya.

Dalam dola bololo dikatakan : “Ino fo makatinyinga doka gosora se bualawa, om doro yo mamote, fo magogoru se madudara. ( Marilah kita bertimbang rasa bagaikan pala dan fulinya, masak bersama gugur pun bersama, yang dilandasi rasa kasih dan sayang ).”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun