A. Latar Belakang
Kanker serviks atau yang sering disebut kanker leher rahim merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus(HPV). HPV menyerang kulit dan membran mukosa pada manusia dan hewan. Kanker serviks ditandai dengan tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, tiap tahun sekitar 15.000 kasus kanker serviks (leher rahim) ditemukan di Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi di dunia (World Health Organization, 2013).
Berbagai metode klinis dikembangkan dalam bidang kedokteran dalam upaya diagnosis dini kanker serviks agar dapat ditangani lebih cepat sehingga pasien dapat tertolong. Beberapa metode deteksi dini kanker serviks adalah pap smear, IVA, IVAB dan uji DNA HPV. Uji DNA HPV saat ini merupakan metode dengan akurasi paling tinggi karena dilakukan uji genotipe HPV yang ada dalam tubuh manusia. Saat ini berbagai teknik telah dikembangkan untuk mendukung uji DNA HPV. Maka dari itu, pengembangan teknik uji DNA HPV terkini perlu dipelajari lebih lanjut untuk mengetahui teknik yang tepat dalam deteksi dini kanker serviks.
B. Permasalahan
Permasalahan yang dikaji adalah pengembangan teknik uji DNA HPV dalam diagnosis kanker serviks di Indonesia. Perbedaan metode tersebut selalu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, pentingnya diketahui bagaimana mekanisme dari metode uji DNA HPV dan spesifikasi kerjanya dalam diagnosis kanker serviks.
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk mempelajari pengembangan metode uji DNA HPV dalam deteksi kanker serviks pada manusia.
II. PEMBAHASAN
A. Kanker Serviks
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis. Salah satu jenis kanker yang banyak diderita oleh wanita di dunia adalah kanker serviks atau sering disebut kanker leher rahim. Kanker ini terjadi pada serviks yang menghubungkan uterus dengan vagina (Novel dkk., 2009a).
Kanker serviks biasanya terjadi pada wanita di bawah usia 50 tahun.Untuk mendeteksi penyakit ini secara dini, lakukan tes pap mulai pada usia 21 tahun dan selanjutnya tiap 3 tahun sekali jika hasilnya normal. Pada usia 30 tahun, tes pap harus dikombinasikan dengan tes HPV setiap 5 tahun sekali sampai usia 65 tahun.Gejalanya adalah pendarahan abnormal pada vagina, seperti pendarahan setelah berhubungan seks, setelah menopause, timbulnya bercak darah ketika menstruasi, nyeri ketika berhubungan seks dan gejala lainnya (Nuswantara, 2008).