Semua ibu menatap Mirna. Kemudian satu per satu mulai tertawa. "Wah, Bu Mirna sudah siap jadi duta ikan kaleng, nih!" Â
Di tengah gelak tawa itu, Bu Lilis mendekat dengan senyum misterius. "Ibu-ibu, saya punya pengumuman. Sebenarnya program ini adalah bagian dari lomba inovasi gizi dari kelurahan. Kelompok yang berhasil menikmati dan memanfaatkan ikan kaleng ini dengan kreatif akan mendapat penghargaan!" Â
"APA?!" seru semua ibu hampir serempak. Â
"Betul," lanjut Bu Lilis. "Tapi syaratnya, semua ibu dan anak harus menikmati makanan ini sampai habis." Â
Suasana langsung berubah tegang. Mirna menatap kaleng ikan yang sekarang berlumuran minyak di bajunya, lalu melirik Dika yang masih sibuk dengan kucing, dan akhirnya menatap Bu Tini, yang kini terlihat ragu dengan 'ikan premium'-nya. Â
Sejenak, Mirna terdiam. Tapi kemudian sebuah ide muncul di kepalanya. Ia bangkit berdiri dan berkata, "Ibu-ibu, kalau kita cuma mengeluh, ikan ini tidak akan berubah jadi steak mewah. Gimana kalau kita buat acara seru biar anak-anak mau makan?" Â
Semua mata menatap Mirna penuh tanda tanya. Â
"Apa maksud ibu?" tanya Bu Tini, alisnya terangkat. Â
Mirna mengangkat sendok plastik yang ada di depannya, mulai mengetuk-ketukkan ke kaleng sambil bernyanyi: Â
"Ayo makan ikan kaleng, supaya sehat dan cemerlang!" Â
Beberapa ibu langsung tertawa. "Wah, Bu Mirna bikin lagu!" seru salah satu dari mereka. Â