Galih turun dari kereta, meninggalkan Lintang sendirian. Ketika Galih sudah tak terlihat, Lintang mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan dari sahabatnya yang akan menikah di Yogyakarta.
_Tunggu dulu..._
Lintang melihat pesan tersebut dengan mata terbelalak. _'Pasangan yang akan dikenalkan padamu nanti orang Bandung, desainer grafis, cowok yang asyik banget diajak ngobrol. Aku yakin kalian cocok.'_
Pesan itu dikirim beberapa hari yang lalu, tapi Lintang baru menyadarinya sekarang. **Galih!**
Lintang mendadak merasa kaget dan gugup. Galih adalah lelaki yang dijodohkan oleh sahabatnya! Lintang merasa konyol karena tidak menyadari hal ini sejak awal. Namun, di sisi lain, ia merasa senang karena pertemuan mereka ternyata bukan kebetulan belaka.
Saat Galih kembali ke kursinya, membawa sebotol air mineral, Lintang mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.
"Minumnya banyak banget," canda Lintang.
Galih tertawa. "Biar nggak dehidrasi sampai Jogja."
Lintang mencoba bersikap tenang, tapi pikirannya masih berputar tentang pesan sahabatnya tadi. Apakah Galih tahu? Atau mungkin ini semua hanya kebetulan yang terlalu sempurna?
Ketika kereta mulai bergerak lagi, suasana antara mereka terasa sedikit berbeda. Lintang merasa ada magnet yang menariknya semakin dekat ke Galih, tetapi dia masih ragu untuk mengungkapkan apa yang baru saja dia temukan.
Hingga akhirnya, mereka tiba di Stasiun Lempuyangan. Penumpang mulai turun, dan Lintang serta Galih bergegas mengambil tas mereka.