Vasektomi, sebagai salah satu metode kontrasepsi permanen bagi laki-laki, sebenarnya telah lama dikenal dan diakui efektivitasnya. Namun, meski prosedur ini relatif sederhana dan aman, angka adopsinya masih tergolong rendah di banyak negara, termasuk Indonesia.Â
Banyak laki-laki masih ragu untuk menjalani vasektomi, sering kali karena kurangnya informasi atau adanya kesalahpahaman terkait dampak prosedur ini terhadap kesehatan dan kehidupan seksual mereka.
Apa Itu Vasektomi?
Sebelum masuk ke dalam faktor penyebab mengapa vasektomi kurang diminati, penting untuk memahami terlebih dahulu apa itu vasektomi. Vasektomi adalah prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau pengikatan saluran vas deferens, yaitu saluran yang membawa sperma dari testis ke uretra.Â
Prosedur ini bertujuan untuk mencegah sperma bercampur dengan cairan mani saat ejakulasi, sehingga menghindari pembuahan.Â
Vasektomi tidak mempengaruhi produksi hormon atau aktivitas seksual seorang pria, namun harus dipahami bahwa ini merupakan metode kontrasepsi permanen, meskipun dalam beberapa kasus dapat direversi.
Vasektomi dalam Angka
Data menunjukkan bahwa di Indonesia, penggunaan metode kontrasepsi permanen masih sangat didominasi oleh perempuan.Â
Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), metode KB pria hanya menyumbang sekitar 4% dari total penggunaan kontrasepsi, dan sebagian besar dari angka ini berasal dari metode non-permanen seperti kondom. Sementara itu, sterilisasi wanita atau tubektomi jauh lebih umum dibandingkan vasektomi.
Faktor-Faktor Penyebab Kurangnya Minat
Ada beberapa faktor yang menyebabkan vasektomi kurang diminati oleh para pria. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Stigma Sosial dan Budaya
Banyak laki-laki merasa bahwa menjalani vasektomi akan mengurangi "kejantanan" mereka. Di beberapa budaya, kesuburan dianggap sebagai simbol maskulinitas, dan kehilangan kemampuan untuk memiliki anak secara alami dianggap sebagai penurunan status sebagai pria.Â
Stigma ini sangat kuat, terutama di daerah-daerah dengan norma-norma tradisional yang mengutamakan peran laki-laki sebagai pemberi keturunan.
Seorang pria yang menjalani vasektomi mungkin dianggap tidak lagi mampu menjalankan peran tradisional tersebut, dan hal ini bisa mempengaruhi pandangan dirinya di mata keluarga atau komunitas.Â
Stigma ini sering kali diperkuat oleh kurangnya informasi yang tepat tentang vasektomi dan bagaimana prosedur ini tidak memengaruhi kemampuan seksual atau maskulinitas seorang pria.
 2. Kurangnya Edukasi dan Misinformasi
Salah satu alasan utama vasektomi jarang dipilih adalah kurangnya pengetahuan yang tepat tentang prosedur ini. Banyak pria yang takut bahwa vasektomi akan memengaruhi performa seksual mereka atau menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.Â
Padahal, secara medis, vasektomi tidak mempengaruhi produksi hormon, dorongan seksual, atau kemampuan untuk mengalami orgasme. Edukasi yang terbatas sering kali membuat banyak pria ragu untuk menjalani prosedur ini.
Misinformasi lain yang sering beredar adalah bahwa vasektomi bersifat "irreversibel" atau tidak bisa dibalikkan. Meskipun vasektomi memang dimaksudkan sebagai kontrasepsi permanen, dalam banyak kasus, vasektomi dapat direversi melalui prosedur medis tertentu, meskipun tingkat keberhasilannya bervariasi.
3. Takut Akan Prosedur Medis
Banyak pria yang merasa takut atau cemas terhadap prosedur medis yang melibatkan alat kelamin mereka. Pemikiran untuk menjalani operasi, meskipun sederhana, bisa menimbulkan ketidaknyamanan psikologis.Â
Prosedur vasektomi sebenarnya adalah operasi kecil yang hanya memerlukan anestesi lokal dan berlangsung dalam waktu singkat, tetapi ketakutan terhadap rasa sakit atau komplikasi tetap menjadi penghalang utama bagi banyak pria.
4. Peran Gender dalam Keluarga Berencana
Di banyak masyarakat, peran kontrasepsi sering kali dibebankan kepada perempuan. Penggunaan pil KB, IUD, suntik, hingga tubektomi semuanya didominasi oleh perempuan.Â
Hal ini mencerminkan pandangan bahwa tanggung jawab menghindari kehamilan tidak menjadi beban bersama, melainkan lebih banyak dipikul oleh perempuan.Â
Ini bisa disebabkan oleh pola pikir tradisional yang masih mengakar di mana peran laki-laki lebih difokuskan pada pencarian nafkah, sementara perempuan mengurus urusan rumah tangga dan reproduksi.
Laki-laki sering kali tidak merasa perlu untuk mengambil peran aktif dalam penggunaan kontrasepsi, karena sudah terbiasa melihat perempuan yang melakukannya. Ini juga diperkuat oleh norma gender yang menempatkan laki-laki dalam posisi yang lebih pasif dalam urusan reproduksi.
5. Kurangnya Dukungan Medis
Di beberapa daerah, layanan vasektomi mungkin tidak tersedia atau kurang dipromosikan oleh fasilitas kesehatan. Beberapa petugas kesehatan juga tidak terlalu aktif menawarkan vasektomi sebagai salah satu pilihan kontrasepsi bagi pria, mungkin karena rendahnya permintaan atau preferensi masyarakat.Â
Jika layanan kesehatan tidak aktif mempromosikan metode ini, maka pemahaman masyarakat tentang vasektomi akan terus rendah.
Manfaat Vasektomi: Mengapa Ini Layak Dipertimbangkan?
Meski ada berbagai tantangan, vasektomi sebenarnya memiliki banyak manfaat yang layak dipertimbangkan, baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun psikologis.
1. Tingkat Efektivitas Tinggi
Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 99,85%.Â
Setelah prosedur vasektomi, risiko kehamilan sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan metode kontrasepsi lainnya seperti pil KB atau kondom yang masih memiliki risiko kesalahan dalam penggunaan.
2. Solusi Jangka Panjang
Bagi pasangan yang sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki, vasektomi adalah solusi jangka panjang yang tidak memerlukan pengawasan atau tindakan rutin seperti pil KB atau suntik KB.Â
Sekali vasektomi dilakukan, pria tidak perlu khawatir lagi tentang kemungkinan kehamilan yang tidak direncanakan.
3. Minim Risiko Efek Samping
Vasektomi adalah prosedur yang relatif aman dengan risiko efek samping yang sangat rendah. Komplikasi serius jarang terjadi, dan sebagian besar pria bisa kembali ke aktivitas normal dalam beberapa hari setelah prosedur.
4. Meringankan Beban Perempuan
Dengan lebih banyak pria yang memilih vasektomi, beban kontrasepsi tidak sepenuhnya jatuh pada perempuan. Banyak metode kontrasepsi yang ditujukan untuk perempuan memiliki efek samping, seperti perubahan hormonal, berat badan, dan risiko komplikasi lainnya.Â
Vasektomi adalah cara yang bisa dilakukan pria untuk berkontribusi dalam keluarga berencana tanpa membebani pasangan mereka.
Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Popularitas Vasektomi
Untuk meningkatkan pemahaman dan minat pria terhadap vasektomi, diperlukan upaya yang komprehensif. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
1. Edukasi Publik yang Lebih Intensif
Kampanye edukasi tentang vasektomi perlu lebih sering dilakukan di media massa maupun melalui program kesehatan.Â
Informasi yang tepat tentang prosedur ini, keamanannya, dan manfaat jangka panjangnya harus disampaikan secara jelas untuk melawan mitos-mitos yang beredar di masyarakat.
2. Dukungan dari Tenaga Medis
Petugas kesehatan, terutama dokter dan bidan, harus lebih proaktif menawarkan vasektomi sebagai opsi kontrasepsi kepada pasangan yang sudah memiliki anak dan tidak ingin menambah keturunan. Promosi metode ini juga perlu ditingkatkan di pusat-pusat layanan kesehatan.
3. Menghapus Stigma Sosial
Penting untuk mengubah pandangan masyarakat tentang vasektomi melalui tokoh masyarakat, influencer, dan media. Vasektomi bukanlah pengurangan kejantanan, melainkan bentuk tanggung jawab pria terhadap keluarga dan pasangannya.
Jadi sebenarnya vasektomi adalah pilihan kontrasepsi yang aman, efektif, dan jangka panjang, walaupun masih belum mendapatkan tempat di hati banyak pria.Â
Jadi dengan edukasi yang tepat, dukungan medis, dan perubahan persepsi sosial, diharapkan vasektomi dapat menjadi alternatif yang lebih banyak dipilih, sehingga tanggung jawab keluarga berencana dapat dibagi secara lebih adil antara laki-laki dan perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H