Andi terdiam, kemudian menjawab, "Mungkin aku sudah terlalu lama berharap, hingga aku lupa bagaimana caranya percaya lagi."
**
Keesokan harinya setelah kunjungan Paus, Renata menemukan Andi di gereja, duduk sendiri di bangku paling belakang. Ia mendekat dan duduk di sampingnya tanpa berkata apa-apa. Setelah beberapa saat, Andi mulai berbicara.
"Kamu tahu, Renata, aku tadi malam merenung. Aku melihat kembali semua yang terjadi selama kunjungan ini. Dan aku menyadari satu hal---aku telah salah selama ini. Kedatangan Paus mungkin tidak mengubah dunia seketika, tapi itu mengubah satu hal penting. Itu mengubah aku."
Renata tersenyum, "Bagaimana bisa?"
Andi menatap ke depan, ke arah altar. "Selama ini aku begitu fokus pada semua hal buruk yang terjadi, sampai aku lupa bahwa perdamaian dimulai dari dalam diri kita sendiri. Aku terus berharap perubahan besar, padahal yang aku butuhkan hanyalah perubahan kecil dalam hatiku."
Renata menggenggam tangan Andi dengan erat, "Dan itu adalah langkah pertama yang paling penting."
**
Ternyata, seluruh percakapan ini terjadi hanya dalam benak Andi. Ia sedang duduk di bangku gereja, merenung setelah kunjungan Paus selesai. Renata, yang selama ini ia ajak bicara, sebenarnya telah meninggal dalam konflik beberapa tahun sebelumnya. Renata adalah simbol dari harapannya yang hilang, dan kini, dengan kunjungan Paus, Andi merasa menemukan kembali bagian dari dirinya yang sudah lama ia kubur. Kunjungan itu memang tidak mengubah dunia, tetapi itu memberi Andi keberanian untuk memulai perubahan dari dalam dirinya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI