Pria muda itu terlihat penasaran. "Cerita apa itu, Nyai?"
Ratna berjalan menuju sebuah ruang kecil di pojok museum, yang dulu adalah ruang kerjanya. "Ini adalah ruang di mana semuanya dimulai," katanya, sambil membuka pintu yang berderit.
Di dalam ruang itu, masih ada meja kayu tua dengan beberapa buku catatan yang sudah berdebu. Ratna duduk di kursi kayu yang tampak rapuh. Pria muda itu mengikutinya dan duduk di kursi seberang.
"Dulu, ada seorang seniman muda bernama Rudi yang sangat berbakat. Dia sering datang ke sini untuk mencari inspirasi. Kami sering berbincang tentang seni, sejarah, dan masa depan. Dia adalah teman baik saya," mulai Ratna.
Pria muda itu mendengarkan dengan seksama.
"Suatu hari, Rudi menunjukkan sebuah lukisan kepada saya. Lukisan itu sangat indah, tapi ada sesuatu yang aneh. Rudi mengatakan bahwa dia merasa lukisan itu hidup. Dia merasakan adanya roh yang terperangkap di dalamnya. Tentu saja, saya tidak percaya padanya," lanjut Ratna, tatapannya semakin suram.
"Apa yang terjadi kemudian, Nyai?"
"Rudi menjadi semakin terobsesi dengan lukisan itu. Dia menghabiskan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu di museum ini, mencoba memahami rahasia di balik lukisan tersebut. Sampai suatu hari, dia menghilang begitu saja. Tidak ada yang tahu ke mana dia pergi," kata Ratna dengan suara bergetar.
"Dan lukisan itu?" tanya pria muda itu.
Ratna mengarahkan pandangannya ke sebuah sudut ruangan, di mana sebuah lukisan besar tertutup kain putih. Pria muda itu berjalan ke arah lukisan tersebut dan membuka kainnya. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita muda dengan ekspresi sedih, seolah-olah sedang menunggu sesuatu.
"Ini lukisan yang dimaksud?" tanyanya.