Mohon tunggu...
Bekti Cahyo Purnomo Syah
Bekti Cahyo Purnomo Syah Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah caraku melukis keindahan lewat rangkaian aksara manja tak bernyawa.

Penulis Freelance, bloger, Novelis, email; bekticahyopurnomo@gmail.com Ig/twitter, Yutube: @belajarbersamabisa fbgroup; Belajar Bersama Bisa dan Bebebs.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ulin Putri Meranti Delima (Bagian 1)

16 September 2018   09:56 Diperbarui: 7 Februari 2019   07:17 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa sadar ia telah masuk dimensi lain. Sebuah dimensi kehidupan tak kasat mata pada dunia sebelah.

Cahaya putih begitu terang seolah memanggil.  Benar, sebuah kerajaan jin ia telah masuki.

Memang benar adanya pengetahuan kuyang selalu dianggap negatif oleh masyarakat. Selalu dianggap ilmu hitam yang jahat. Padahal sesungguhnya pengetahuan itu tidak ada yang baik atau buruk. Manusialah yang menjadikannya baik atau buruk.

Manusia selalu ingin menang sendiri. Berbagai cerita fitnah mereka terbakar untuk menghakimi golongan para jin dan siluman. Bukankah jin dan siluman juga ciptaan yang Maha Kuasa sama seperti manusia. Walaupun Ulin Putri Meranti Delima memiliki darah siluman kuyang bukan berarti ia jahat. Kekuatan yang tersembunyi dalam tubuhnya adalah murni anugrah Alam Semesta.

"Kemarilah, Putriku," sapa Ratu Jin penguasa laut. "Alam semesta telah memilikimu, kelak kau akan menjadi duta besar perdamaian antara Jin, Siluman dan Manusia," lanjutnya.

"Anda siapa?" tanya Ulin yang tidak mengerti dan paham apa yang sebenarnya terjadi. 

Di peluklah Ulin dengan kasih sayang oleh Ratu Penguasa Laut . Sang Ratu tau jika jalan hidup Ulin kedepanya tidaklah mudah. Namun seperti namanya "Ulin"  yang berasal dari nama kayu ulin atau kayu besi. Semakin lama ia dipendam. Semakin kuat kayu itu.

***

Debur ombak angin laut menampar-nampar rambut yang jatuh menutupi wajah Alina menyadarkanya dari lamunan. Mengetahui putrinya terlepas dari pandangan mata, Alina semendadak angin menjadi panik.

"Nak..  Dimana kamu Ulin!" teriak Alina melengking memecah udara hingga terdengar oleh seluruh orang yang berada di Pantai Kubu.

Seperti ada yang mengomando, satu persatu warga seketar berdatangan kemudian ikut serta mencari keberadaan Ulin yang seolah hilang ditelan bumi.. Sudah berjam-jam, mencari dan terus mencari tidak jua ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun