Gadis kecil berlari telanjang kaki dengan riang hati, melompat kesana-kemari bersama angin bersama hujan menyapa mentari.
Rambut lurus mengkilau, berkulit putih bercahaya bagai embun pagi. Siapa memandangnya? Selalu tinggalkan hati berseri. Siapa sangka ternyata gadis kecil itu mengalir darah siluman kuyang.
Kata mereka dirinya selalu dimanja, kata mereka dirinya selalu dipuja. Memang ayu cantik wajahnya. Ulin Putri Meranti Delima namanya. Gadis kecil imut mempesona, penebar cinta penuh misteri.
Kecerian gadis kecil ini selalu menebar kebahagiaan bagi orang dan makhluk sekitarnya. Walaupun tanpa kasih sayang seorang ibu yang melahirkan, ia tetap bahagia. Alina menyayangi Ulin melebihi dirinya sendiri.Â
Rico laki-laki yang sangat ia cintai kini hidup dalam putri kecil itu. Kelembutan hati Delima yang selalu bersinar kini menjadi cahaya dalam warisan, Ulin Putri Meranti Delima.
Teringat masa-masa indah saat bersama tanpa sadar Alina terhanyut dalam lamunan rindu kenangan. Dari tatapan mata, milik Delima, dari senyumnya milik Rico sedang hati adalah Alina lah pemiliknya.
"Mama menangis?"
"Tidak sayang. Sini!" Alina memeluk gadis kecil itu seraya menciumi kening Ulin dengan pelukan erat akan kasih sayang seorang mama pada putrinya.Â
Sebuah perasaan yang begitu kuat, begitu dalam, membuat gadis kecil itu tidak akan kekurangan kasih sayang dari seorang mama. Â Kini tujuan hidupnya hanya untuk putrinya itu.
Lubang di hati yang kosong selalu terisi dengan senyum kebahagiaan, dari canda-tawa Si Putri kecil tercinta.
Ulin terus berlari bermain pasir di bibir pantai, Â sementara Alina masih hanyut dalam lamunan. Air laut seolah terbuka dengan sendirinya. Sang Putri kecil itu penasaran kemudian berjalan menuju laut.Â
Setiap kaki putri kecil itu melangkah, air itu membuka memberikan jalan.Â
Gadis kecil itu terus berjalan menuju tengah laut. Alam semesta bersahabat dengannya.Â