Mohon tunggu...
Bayu Septi Mingga
Bayu Septi Mingga Mohon Tunggu... Bidang Pertanian -

Full time a writter and reader, Part time a traveller. nothing tendency cause i have my own way

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amandla: Kedatangan Pertama (Bab II)

19 Januari 2016   15:42 Diperbarui: 19 Januari 2016   15:48 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aduh Bil, kenapa tidak bilang dari tadi. Yaudah pakai mobilku saja. Bawa mereka jalan-jalan sana," dari ekspresinya terlihat dia terkena sentuhan kali ini.

"Betul ini Nek?? Aduh... terima kasih kali ya. Lo memang sahabat yang baik,"

"Tapi ingat, jangan kotor. Kalau kotor tidak ada lagi pinjam-pinjam," masih aneh saja si anti kotor ini.

"Iya deh, yasudah aku cabut dulu,"

Hari ini aku begitu senang, pasalnya ini pertama kalinya mereka kesini, katanya sekalian mengajak adikku liburan. Aku sendiri balik ke Jambi hanya sekali yaitu pada saat lebaran pertamaku menjadi mahasiswa selebihnya hanya telpon untuk berbicara kepada mereka. Biaya juga sedikit menjadi kendala jika pulang tapi sebenarnya aku ingin seperti Ayah, seorang perantau yang berjuang keras dikota pengap ini, begitu juga aku meskipun aku seorang wanita. Ayah pernah berkata "Orang Medan pantang pulang sebelum sukses akan dirinya sendiri, bukan harta," mungkin petisan kalimat itu salah satu bagian semangatku di Ibu kota ini.

Bagiku tidak ada satu pun hal yang ku lakukan tanpa dukungan keluargaku, adikku Mahara dan Cinta seperti kedua bola mataku, tanpa mereka aku tidak dapat melihat indahnya dunia, sedangkan Ayah dan Ibu bagaikan jantung dan darah didalam tubuhku, bagaimana jantung memompa darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Apabila salah satunya memiliki masalah maka manusia itu diambang kehancuran jiwa. Kesatuan hati ini yang membuatku selalu rindu dengan mereka, didalam malam yang sunyi hatiku hampa, beku, diam seakan ada yang menekan relung hatiku dan jika puncak kerinduan itu datang hanya berdoa kepada sang pemilik rindu itu yang dapat aku lakukan.

 

***

 

Perjalanan menuju bandara seperti ada perayaan besar, kemerihan dimana-mana dan aku ditengahnya menjadi objek tontonan, Jakarta disulap dalam sekejap menjadi Disney. Tak ku perhatikan mobil-mobil didepan seakan kalau bisa ada pedal gas untuk terbang, ku terbangkan mobil ini dan jika ada karpet terbang yang bisa dinaiki mobil ku ini akan ku sewa karpet terbang punya aladdin. Semua itu hanya gambaran hatiku yang terlampau senang dan ingin cepat bertemu dengan mereka.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun