Tarikan gas si tukang ojek ini langsung melejit sepersekian detik dan si motor bebek berubah layaknya motor balap di sirkuit sentul. Seakan badanku tertarik ke belakang oleh angin karena kecepatan yang begitu tinggi dengan cepat tangan ku memegang besi yang ada di jok motor, betul saja si tukang ojek tidak melewati jalan protokol seperti jalan biasa dan dia melewati jalan tikus di antara lorong-lorong dan dusun dam itu sangat cerdas, mungkin dia sudah ahli didalam bidang kepepet untuk sampai ke lokasi tujuan.
Â
***
Hanya 45 menit aku udah sampai di kampusku, karena takut telat aku lekas beranjak untuk ke kelas tapi pandangan entah kenapa terfokus ke bangku dibawah kantin tempat nongkrong pak satpam tapi seberkas terlihat si Yuda udah nongkrong aja disitu. Kenapa ini anak padahal hari ini setahu ku dia tidak ada masuk kelas, "Yud, pagi. Bukannya lo tidak ada masuk hari ini ya?" wajahnya pagi ini begitu aneh dan tidak seperti biasanya.
Yuda ini merupakan satu geng denganku bukan geng motor tapi geng lupis karena sama-sama pecinta lupis di kantin kampus. Lupis itu makanan pulut berbentuk segitiga dengan perasanya gula merah cair, rasanya gila. Penghuninya ada aku, Vina si pikun asli Jakarta, Yuda penggemar berat Vina, asli Jakarta, dan satu lagi pria lemah gemulai Dora atau di KTP-Nya tercantum nama Dedi Atmaja, katanya sih asli Bali tapi dari namanya gak ada unsur Bali sedikitpun seperti aku juga tidak jelas akan suku hanya Ibuku yang asli Jawa. Ayahku biarpun dari Medan tapi tidak ada Marga dibelakang namanya.
"Bil, Vina mana?" ujar Yuda, pergi sama Bowo.
"Ada apa, kenapa lo?"
"Tidak apa, Cuma..."
"Duluan ya, aku takut terlambat Yud, aku sudah absen 3 kali matakuliah ini," ku samba raja selagi dia garuk-garuk kepala.
***
Â