Siang ini terik matahari begitu menyengat sampai ke kerongkongan, aku segera ke kantin untuk mencari minuman pelepas dahaga sekalian aku ada perlu penting dengan Vina. Aku mutar-mutar di kantin karena kantin samping kampus ku ini merupakan tongkrongan geng aku dan Vina. Semut pun seperti hendak menertawakan ku saat aku sadar bahwa si Vina pergi sama Bowo, kenapa pula aku bisa jadi pelupa gini. Otak ku kali ini harus bekerja ekstra dan ilmu kepepet itu keluar lagi kali ini. Kecepatan angin mungkin kalah dengan kecepatan kerja otakku kalau lagi seperti ini, aku tiba-tiba ingat si Dora. Nah, dia pasti ada di agency modelnya, karena dari tadi tidak ada terlihat dikampus. Aku langsung beranjak ke kantornya. Dora disana sebagai instruktur foto.
"Dora.... Kemana aja lo kok uda jarang ke kampus?"
"Ia ni Bil, lagi banyak deadline foto. Ada apa nek datang kesini? Mau gue dandani?" Ia melirik ke diriku dari atas sampai bawah.
"Enggak enggak mau... jangan lirik gitu napa Dor, aneh ya?"
"Gaya lo dari dulu begini aja, berubah sedikit," Ia mulai mutar-mutar disekelilingku.
"Bentar, ini masalahnya," di tarikknya karet gelang dari rambutku.
"Lo itu cantik, rambut lo bagus. Jangan dikucir pake ginian," aku hanya bisa melihat rambutku jatuh dibahuku.
"Dora! sekarang bukan saatnya untuk dandani aku. Aku lagi buru-buru, keluargaku hari ini datang,"
Â
"Apa nek. Bapak dan Ibu lo datang??"
"Iya, jam 2 ini mereka sampai tapi aku tidak tahu mau jemput pakai apa?" aku hanya bisa tertuduk, dalam hatiku ini adalah trikku karena si Dora sangat anti mobilnya dipakai orang, bukan pelit tapi takut kotor.