Mohon tunggu...
Bayu Adi
Bayu Adi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Peran Agama di Masyarakat dalam Aspek Politik Ditinjau dari Teori Modernisme

24 Juni 2021   07:00 Diperbarui: 24 Juni 2021   12:40 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada saat itu, agama dijadikan suatu power untuk menarik dukungan, simpati dan dorongan agar memenangkan calon nanti. Basuki memiliki agama Kristen yang merupakan agama minoritas yang terdapat di Indonesia, sedangkan Anies memiliki agama Islam yang merupakan agama mayoritas. Hal ini yang akhirnya membuat Anies secara fakta menang melawan Basuki dengan perolehan suara 57,95% berbanding 42,05%.

 Saat itu, masyarakat secara tutup mata atau tidak pastinya tidak bisa lari dari realita bahwa kasus kriminalisasi ulama yang dilakukan oleh Basuki membuat namanya akhirnya pudar di mata masyarakat, terlebih lagi ia memiliki agama yang minoritas. Anies merupakan orang yang akhirnya menjadi pilihan rakyat saat itu, karena selain ia memiliki pasangan yang humble dengan rakyat, yaitu Sandiaga Uno, mereka berdua memiliki agama Islam. Secara langsung bahwa, kampanye dilakukan atas dasar agama yang dimiliki oleh masing-masing paslon saat itu, bukan lagi berdasarkan visi dan misi dari maisng-masing paslon tersebut.

 Akhirnya, modernisme menuai kritik dari beberapa orang yang mulai percaya bahwa agama dan negara apalagi urusannya dalam politik harus dipisahkan karena bisa menimbulkan konflik yang ada. Pada dasarnya, agama dan politik merupakan hal yang saling berhubungan karena zaman dahulu, orang-orang yang beragama tidak menjadikan agama sebagai tameng ataupun power mereka dalam politik, tetapi agama digunakan sebagai panduan berpolitik agar tetap ingat etika dan norma yang sesuai dan dapat membedakan dengan yang tidak sesuai.

 Jadi, Apa Hubungannya dengan Perubahan Sosial di Masyarakat?

Perubahan peran agama yang tadinya membuat orang hidup sesuai dengan ketentuan yang ada di agama agar tidak tersesat dan menyimpang, pada akhirnya mulai merubah pada Pilgub DKI 2017. Jika dibandingkan dengan Pilgub DKI 2012, yang saat itu terseleksi hingga menyisakan Fauzi Bowo dengan lawannya yaitu Joko Widodo, saat itu bisa agama tidak sebagai suatu fondasi, melainkan masih murni dari visi dan misi mereka dalam membuat Jakarta berubah menjadi lebih baik. 

Tetapi dengan adanya Pilgub DKI 2017, agama pada akhirnya dijadikan sebagai Politik Agama yang mencederai demokrasi yang ada. Hal ini berkelanjutan ke Pilpres 2019, dimana saat itu Joko Widodo berpasangan dengan Maruf Amin. Hal ini menuai prasangka dan kritik terhadap beliau, karena lagi-lagi disini peran Maruf Amin bukan sebagai pendamping Joko Widodo, tetapi sebagai orang yang mewakili agama yang mayoritasnya yaitu Islam.

 Pada akhirnya, Modernisme tidak sampai menyampaikan maksudnya yang sebenarnya. Modernisme seakan-akan salah dimaknai oleh masyarakat. Modernisme menginginkan masyarakat yang intelek dengan membuat agama ikut ke dalam politik di masyarakat. Hal ini sesuai dengan Aristotle bahwa manusia adalah makhluk sosial bahkan bisa dibilang sebagai makhluk politik. Masyarakat pada akhirnya bisa dibuat memiliki pemikiran maju, logis dan rasional, apalagi dalam pemilihan-pemilihan seperti Pilpres, Pilgub, Pemilu ataupun Pilkada. Masyarakat ingin dibuat kritis pemikiran dalam membuat politik di Indonesia khususnya menjadi lebih baik dan bersih.

 Tetapi hal itu menjadi boomerang yang sangat sulit untuk dicari penyelesaiannya. Pada akhirnya nanti, agama hanya dijadikan suatu power bahkan ideologi bernama politik agama. Politik agama juga akhirnya memiliki kesalahan makna. Politik agama merupakan berpolitik berdasarkan ajaran agama yang diterapkan ke politik dalam membantu manusia untuk berpikir secara logis. Bukan agama dijadikan media sebagai alat bantu untuk memenangkan politik tertentu. 

Masyarakat akhirnya percaya bahwa tidak hanya politik uang yang bertindak atas kemenangan suatu paslon, melainkan politik agama yang saat ini memiliki kekuatan utama untuk memenangkan persaingan di ajang politik kedepannya. Kesannya, politik yang sudah identik kotor dengan menggunakan politik uang, akan ditambah tercemar lagi dengan politik agama.

III. PENUTUP

Agama merupakan peraturan yang membuat manusia hidup dalam keseharian yang sesuai dengan norma masyarakat. Baik agama atau kepercayaan apapun, pastinya mengajarkan hal-hal baik serta toleransi umat beragama agar tidak menimbulkan konflik yang terjadi. Politik merupakan alat untuk mencapai kekuasaan tertinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun