Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Cara Mengatasi Trauma pada Anak

20 Februari 2021   15:50 Diperbarui: 22 Februari 2021   14:22 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi trauma yang dialami anak (Sumber: www.pixabay.com)

Ketika anak saat bermain sepeda. Mungkin kita sebagai orangtua sering menakut-nakutinya. Mangkane dolanan sepeda tok, deloken catu dengkule.

Anak bersepeda bersama sang ayah (foto dari orami.co.id)
Anak bersepeda bersama sang ayah (foto dari orami.co.id)

Akhirnya, muncul pemikiran dari dalam diri anak bahwa bermain sepeda dapat mencelakai dirinya sendiri. Anak akan trauma dengan perilaku bersepeda. Seharusnya orangtua memberikan sebuah pembelajaran terhadap anak, apabila anak telah mengalami insiden atau belum mengalami insiden dengan tidak menakut-nakuti bahaya yang akan terjadi ketika bersepeda kurang berhati-hati.

Saat orangtua menciptakan ketakutan kepada anak setelah mengalami insiden, berarti orangtua menguatkan sisi traumatis anak terhadap sesuatu hal. 

Perilaku tersebut salah, sebaiknya orangtua memberikan edukasi kepada anak agar anak menjadi lebih berani, dapat menentukan respon cepat apabila akan terjadi suatu insiden.

Misalnya begini, orangtua memberikan pengarahan, bahwa mengayuh sepeda terlalu cepat agar selalu menjaga rem sepeda, terutama rem bagian belakang. Dengan begini anak teredukasi mengenai cara mengoperasikan rem saat bersepeda. Sehingga tidak ada kecerobohan atau kesalahan memegang tuas rem depan ketika bersepeda dalam kecepatan yang tinggi. Selain itu, tidak memperkenankan anak untuk mengayuh sepeda terlalu cepat apabila berada di sekitar kerumunan (banyak orang).

Upaya-upaya tersebut dapat mengurangi trauma dari dalam diri anak, supaya anak memiliki semangat baru dan mencoba kembali aktivitas yang membuat dirinya terjatuh dari sepeda misalnya. Karena anak sendiri sudah memahami cara penggunaan rem sepeda dari arahan yang telah kita berikan. Bukan malah menakut-nakuti anak dengan melarang bermain sepeda. Ojok dolanan sepeda, wedi tibo.

Keempat, menciptakan suasana harmonis dalam keluarga

Orangtua adalah panutan anak, apabila orangtua menunjukkan perilaku yang tidak baik pasti anak akan mengikuti hal tersebut. Maka dari itu diperlukan kehati-hatian bertindak bagi orangtua terhadap anak agar anak memiliki gambaran perilaku baik dalam kehidupannya.

Anak terlalu banyak tugas di luar kemampuannya (foto dari kompas.com)
Anak terlalu banyak tugas di luar kemampuannya (foto dari kompas.com)
Seperti contoh, berperilaku lemah lembut, bertutur kata sopan, mengawali perintah dengan kata "tolong", sering mengucapkan terima kasih ketika menyelesaikan atau menerima sesuatu, dan sesekali tersenyum.

Dengan contoh perilaku sederhana tersebut, maka menciptakan suatu keharmonisan, kehangatan, dan kedekatan antara orangtua dan anak. Sehingga apa yang dilakukan ini bakal menghilangkan sifat traumatis dari dalam diri anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun