Memarahi anak sebagai hukuman diperbolehkan agar anak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Misalnya dia bermain puzzle dan tidak membereskan mainannya, sehingga kita marah sebagai bentuk nasehat. Namun, marah di sini harus terkontrol agar fokus pada permasalahan yang terjadi kepada anak.Â
Berikan gambaran negatif apa yang akan terjadi bila anak tidak membereskan mainannya, seperti potongan puzzle yang hilang, anak akan kesandung puzzle, menimbulkan ketidaktahuan, dan sebagainya.
Artinya ada batasan bagi orangtua untuk marah sebagai bentuk menghukum anak, apabila memang anak berperilaku salah. Namun tidak dianjurkan jika orangtua marah atau berlaku kasar setiap detik kepada anak.Â
Kedua, memberikan kasih sayang yang mendalam
Anak-anak sangat memerlukan kasih sayang orangtua, kehangatan dan keharmonisan keluarga. Hal ini diperlukan sebagai bentuk dukungan dalam perilaku anak yang bakal ditunjukkan sebagai cerminan perilaku anak ke depan.
Curahan kasih sayang yang mendalam kepada anak perlu diberikan oleh orangtua. Semisal dengan memberikan waktu luang kepada anak, mengajak anak rekreasi atau aktivitas keluarga lainnya. Sebab kasih sayang yang dibutuhkan anak dari orangtua itu tidak mahal.Â
Sederhananya, kehangatan hubungan antara orangtua dan anak. Artinya ada suatu umpan balik antara orangtua dan anak agar tercipta suatu keterikatan hubungan yang mapan.
Dengan mencurahkan kasih sayang yang mendalam kepada anak, nantinya akan menciptakan sebuah kedekatan batin antara orangtua dan anak.Â
Di lingkungan sekitar, kita dapat menyaksikan beberapa contoh orangtua yang kurang memperhatikan atau mencurahkan kasih sayang kepada anak. Sering anak terlihat awut-awutan atau kurang kasih sayang, sehingga anak tersebut tidak dekat dengan orangtuanya malah lebih dekat dengan kakek neneknya.
Ketiga, janganlah selalu menakut-nakuti anak