"Iya, sebetulnya 'kan dia masih berharap."
"Iya juga sih."
"Apa mungkin dia malu, ya, ama kita-kita?" kata Sutejo.
"Nah, itu dia," seru Parmin yang sedang memegang makanan ringan. Pikirnya, seorang yang tidak bisa move on sukar melupakan mantan. Apalagi jika banyak kenangan manis-pahit yang indah.Â
"Dia malu, karena sampai sekarang Sugih belum juga ngasih harapan kepadanya," terang Parto yang masih memetik gitarnya. "Bayangin aja, udah berapa lama Sugih masih membungkam? Belum pernah 'kan Sugih nanya-nanya Sinta?"
"Hmmm. Iya. Apalagi sekarang dia udah punya pacar lagi," sahut Sapar menginformasi.Â
"Oh,,, aku juga pernah lihat dia jalan ama cewek. Jadi itu pacarnya?" Parmin bereaksi sambli mengangguk-angguk.Â
"Tapi, aku punya keyakinan, nanti Sugih bakal rindu Sinta," tukas Sutejo. Hening... Ia meyakini itu sebagaimana Sinta yang juga rindu kepada Sugih.Â
"Ada benernya juga sih. Terkadang 'kan orang merindui kekasih lama, apabila hubungannya dengan kekasih barunya tak seindah dengan kekasih lama," Sapar menambahi.Â
"Aku sih nggak doain Sugih putus dengan pacarnya, tapi menurutku, kalau Sugih ngerasa bosan dengan pacarnya, rindunya kepada Sinta bisa saja tiba, dan hal itu bisa menganggu pikiran dan hatinya. Toh, siapa tahu ia malah mutusin pacarnya yang sekarang," jelas Sutejo.Â
"Dan lalu balikan lagi dengan mantanya? Itu maksudmu?" timpal Sapar membuat Sutejo sedikit bingung.Â