112. (ingatlah), ketika Pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".
113. mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati Kami dan supaya Kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada Kami, dan Kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".
114. Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi Kami Yaitu orang-orang yang bersama Kami dan yang datang sesudah Kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah Kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama".
115. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia".[28]
Kedua, kelahiran Maryam tanpa melalui sebuah proses dan bukan atas kehendaknya melainkan atas kehendak Tuhannya:[29]
(Dia (Maryam) berkata, "Ya Tuhan-ku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?" Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "jadilah" maka jadilah sesuatu itu).[30]
Ketiga, rezeki Allah swt pun menyertai Maryam dalam kesendiriannya, ketika dia menghadapi proses persalinannya: "(Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan. Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, "janganlah engkau bersedih hati, sezungguhnya Tuhan-mu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau)."[31]
Beberapa potongan dari kisah Maryam yang diabadikan oleh Al-Qur'an, sebagai penegasan bahwasannya rezeqi seorang hamba di tangan Tuhan-nya, dan rezeqi seorang hamba merupakan bagian dari hak preogratif Tuhan
Referensi:
1.Zakiyudin, 2006. “Konsep Keadilan dalam Alqur’an”, Disertasi tidak diterbitkan, Yogyakarta: PPs UIN Sunan Kalijaga
2.Yusuf Baihaqi. Dimensi Ekonomi Dalam Kisah Al Qur’an. On-line: di https://media.neliti.com/media/publications/56572-ID-dimensi-ekonomi-dalam-kisah-al-quran.pdf diakses tanggal 19 November 2018. h.1
3.Zamakhsyari Abdul Maji. Ekonomi dalam Perspektif Alquran. Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016251
4.Lihat Q.S. Az Zukhruf [43]: 32 lihat juga Yusuf Baihaqi...op.cit h. 66
5.Yusuf Baihaqi...op.cit h. 66
6.Ibid
7.A.M. Saefuddin, Nilai-nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Samudera, 1984), h.11.
8.Zamakhsyari Abdul Maji: Ekonomi dalam Perspektif Alquran. Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016251 h.10
9.Lihat: Q.S. Al Muthaffifîn [83]: 1-6. Lihat juga Yusuf Baihaqi. Op cit. h. 66
10.Yusuf Baihaqi. Op cit. Hal 66
11.Lihat: Q.S. Fâthir [35]: 29. Periksa juga Yusuf Baihaqi. Op cit. h. 67
12.Zakiyudin, op-cit. H. 1
13.Mengenal Hakikat Rezeki Dalam Islam http://ayat1000dinar.blogspot.com/2013/05/mengenal-hakikat-rezeki-dalam-islam.html
14.Lihat: Q.s. Adh-Dhâriyât; 22-23.
15.Lihat: Q.s. Hûd: 6
16.Lihat: Q.s. Al-Isrâ’[17]: 31
17.Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya
18.Lihat: Q.s. Al-An’âm: 151
19.Lihat: Q.s. al-Syûrâ [42]: 4
20.Ahmad Mushthafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-‘Arabî, 1985), Juz. IX, h.15.
21.Lihat: Q.s. al-Mulk [67]: 15.
22.Lihat: Q.s. al-Baqarah [2]: 215, 272, 273; Q.s. Hûd [11]: 84; Q.S.al- Hajj [22]: 84.
23.Lihat: Q.s. al-Nisâ [4]: 4.
24.Zakiyudin, op-cit, 2
25.Yusuf Baihaqi, op.cit h.68
26.Yusuf Baihaqi, op.cit h.68
27.Lihat: Q.S. Âli `Imrân [3]: 37
28.Lihat: Q.s. Al Ma’idah: 112-115
29.Yusuf Baihaqi, op.cit h.68
30.Lihat: Q.S. Âli `Imrân [3]: 47
31.Lihat: Q.S. Maryam [19]: 23-26.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H