Jadi, meskipun rezeki tersebut ditentukan oleh Allah, dan usaha manusia tidak mempengaruhi besar dan kecilnya rizki, tetapi usaha tetap merupakan faktor yang menentukan halal dan haramnya rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
 Konsep tamlk dalam Alquran dapat ditelusuri dalam pelbagai ayat di antaranya: "Kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.[19]
 Menurut al-Syawkn substansi ayat di atas menjelaskan bahwa pemilik harta  sesungguhnya adalah Allah.  Karena itu,  segala yang terdapat  di  langit dan di bumi dalam genggaman dan kekuasaan Allah. Kesemuanya ini menunjukan kepada kemahakuasaan Allah atas segala ciptaan-Nya. Dia yang mengadakan sekaligus meniadakannya sesuai dengan  kehendak- Nya.[20]  Manusia hanyalah sebagai pemegang mandat pengelola sebagaimana dalam Al-Qur'an:
 "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."[21]
 Di ayat lain Alquran menyebut harta kekayaan dengan "khayr" (kebaikan).[22] Ini berarti bahwa harta dinilai sebagai sesuatu yang baik. Harta kekayaan juga disebut sebagai "qiyam"  (sandaran kehidupan).[23] Gagasan tentang Kekayaan dan kesejahteraan diungkap dalam istilah positif lainnya: Fadl Allah, Rahman, Zinat Allah, Tayyibat, Khizanah, ma'ayis, mulk, barakah, dan sebagainya.[24] Â
 Kisah Pemberian Rezeki Allah untuk MaryamÂ
 Maryam merupakan sosok wanita shalehah, jauh untuk dikatakan sebagai seorang wanita pezina sebagaimana yang dituduhkan oleh komunitas Yahudi kepadanya. Kehadiran seorang putra dari dirinya bukanlah atas kehendaknya, melainkan atas kehendak Allah swt, Dzat Yang Maha Kuasa, dimana kelahiran seorang putra dari dirinya "tanpa keberadaan seorang bapak" merupakan karunia baginya dan bagian dari cara  Allah  swt  memperlihatkan  sebagian dari kekuasaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya.[25]
 Ketika Allah swt mengabadikan kisah Maryam dalam Al-Qur'an, bukan saja Allah swt sebatas hendak menegaskan kekuasaan-Nya, hikmah penting lainnya adalah bahwasannya Allah swt juga hendak menegaskan bahwasannya rezeki seorang hamba ada di tangan-Nya.
 Beberapa potongan dari kisah Maryam yang diabadikan oleh Al-Qur'an, sebagai penegasan bahwasannya rezeqi seorang hamba di tangan Tuhan-nya, dan rezeqi seorang hamba merupakan bagian dari hak preograti Tuhan adalah: Pertama, didapati di mihrab yang dijadikan tempat peribadatan Maryam, sejumlah rezeki yang tidak biasa dan tidak pada waktunya, seperti keberadaan buah-buahan musim dingin di saat musim panas, demikian pula sebaliknya. Hal inilah yang mengherankan nabi Zakaria dan mendorongnya untuk bertanya. Maryam pun menjawab, bahwasannya rezeki itu datangnya dari Tuhan, dikarenakan Dia memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya tanpa perhitungan.[26]
 (Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, "Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?" Dia (Maryam) menjawab, "itu dari Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan).[27]
 Kisah hidangan makanan secara lebih rinci dapat disimak pada ayat berikut: