Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Arya Wirajaya, Sang Antimurtad

26 September 2012   09:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

04.01.25 WIB

Seiring dengan menyebarnya ajian “Benteng Kawijayan” Blood Vorlemot tak bisa lagi melayang-layang di udara. Sekarang pemimpin pelahap maut itu menjejakkan kakinya ke tanah. Ia berusaha sekuat kemampuannya untuk tidak menginjak tanah, tetapi usahanya menemui kegagalan.

“Giilaaaaa... itu Arya Wirajaya. Ajian apa yang dia miliki????” tanya batinnya meronta.

Blood Vorlemot sebenarnya takjub sekaligus bergidik gentar melihat pemandangan “anak buah”nya dipecundangi Arya Wirajaya seperti itu. Mata kanannya yang sudah buta mengeluarkan setitik air mata bervolume 0,001 ml. Tetapi energi kepongahannya telah menghanguskan air mata itu seketika nyaris menyentuh penutup mata berwarna merahnya. Bahkan adanya reaksi air mata yang hangus terbakar itu justru malah kemudian membuat energi kediriannya menutupi semua saluran energi kebenaran yang sebenarnya telah dicangkokkan oleh Tuhan kepadanya ketika ia masih dalam kandungan ibundanya. Sehingga yang tampak hanyalah kemarahannya meluap-luap, tak terkontrol, sangat brutal.

"Bedebahhh!!!!! Matilah kau, Arya Wirajaya anak sombong!!!!! Matilah kau....!!!!!"

Umpatannya yang begitu keras dan tanpa henti itu justru memantik bara dalam kediriannya yang dalam hitungan detik membuat seluruh tubuhnya jadi bola api yang menyala-nyala sangat besar melebihi luasnya lapangan sepakbola.

Wuinnnngggg....!!!! wuinnnngggg...... !!!! wuinnnngggg.......!!!!!

Bola api bermoncong Raptor itu mengeluarkan suara yang sangat berisik melebihi kekuatan suara 98 pesawat F-16 yang siap landing di landas pacu bandara.

Seketika itu pula Kampung Girigori jadi gurun tandus, tak ada lagi hewan dan tumbuhan, bahkan nyaris nir angin. Karena angin yang ada pun hanya berkecepatan 0,001 mm per detik. Itu semua karena semua air dan angin yang ada di perkampungan Girigori sudah tersedot habis oleh energi panas bola api Blood Vorlemot.

"Allohu Akbar!!!!! Allohu Akbar!!!!! Allohu Akbar!!!!! Allohu Akbar!!!!! Allohu Akbar!!!!!"

Arya Wirajaya melafalkan Allohu Akbar tanpa henti. Ia tak ingin keluarga dan saudara-saudaranya di kampung sebelah, Girinata, yang hanya berjarak 2,5 kilometer dari tempat pertarungan terimbas oleh kemarahan Blood Vorlemot yang menjadi-jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun