Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Berkirim Surat

10 Mei 2024   10:14 Diperbarui: 10 Mei 2024   10:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat berjumpa kembali saudaraku, semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

Pada kesempatan yang baik ini izinkan aku menceritakan kepada cucu yang akan melanjutkan studinya ke Canada, tentang perjalanan saat aku menempuh studi di Yogyakarta, diantaranya sebagai berikut.

Sesuai dengan kemampuannya, dulu ketika orang tua yangkung (aku) yang tidak lain adalah eyangbuyutmu (orang tuaku) masih sugeng ( hidup ), beliau berjualan grabatan istilahnya. Barang yang dijual macam-macam diantaranya: Bakul, kukusan, tambir, tampah, kuali, coek, tambang, gentong, caping / topi kampung, rotan, parut, dan lain - lain keperluan dapur. 

Bisa dibayangkan bagaimana suasana kebatinan yangkung harus mendaftar ulang di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mulai tanggal 5 sampai 11 Januari 1969, bersama orang tua yang ada di Lampung.

Singkat ceritanya yangkung pulang ke Lampung, dan sampai di Metro hari Sabtu tanggal 3 Januari 1969 langsung menemui bapak ( eyangbuyut kakungmu ) di pasar.

Beliau kaget melihat yangkung, dan spontan bertanya, kok pulang?

Mengapa eyangbuyut kakung bertanya begitu kepada yangkung?

Karena sebelumnya yangkung berkata kepada eyangbuyutmu, tidak akan pulang ke Metro sebelum mendapat tempat kuliah.

Kembali kepertanyaan, yangkung menjawab iya pak karena saya sudah diterima di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan harus segera mendaftar ulang bersama orang tua.

Terus kapan kita berangkat ke Yogyakarta? Hari senin pak, jawab yangkung.

Kalau harus secepat itu, dari mana bapak akan mendapat uang untuk ke Yogyakarta, dan mendaftar ulang? Jawaban eyangbuyut kakung seperti itu, memang sudah terpikirkan oleh yangkung saat akan pulang ke Lampung.

Hanya sampai disitu lalu yangkung, dan eyangbuyut kakung pulang ke rumah setelah memasukkan, dan menata barang dagangan ke dalam toko. Karena memang demikianlah kegiatan eyangbuyut kakung kalau pagi hari mau jualan barang -- barang di keluarkan dari dalam toko, sore hari barang -- barang dimasukkan kembali ke dalam toko baru pulang ke rumah.

Malam harinya pembicaraan saat di toko berulang kembali, tetapi tidak hanya yangkung dan eyangbuyut kakung saja, melainkan eyangbuyut putri juga ada. Karena eyangbuyut kakung menemui jalan buntu akhirnya eyangbuyut putri masuk ke kamar, dan keluar sambil berkata dan menunjukkan ini ibu punya kalung emas 20 gram, jualah mudah -- mudahan bisa untuk keperluanmu mendaftar ulang.

Puji syukur yangkung panjatkan kehadirat Allah bahwasanya ibu yangkung yang tidak lain adalah eyangbuyut putri mas Naufal, menjadi dewa penolong saat yangkung akan menuntut ilmu ke Yogyakarta.

Inilah gambaran tanggung jawab orang tua terhadap 

anak -- anaknya ibarat kaki jadi kepala, 

kepala jadi kaki 

segalanya dilakukan demi kesuksesan anak -- anaknya. 

Ingat - ingatlah. 

Akhirnya dengan berbekal uang Rp 20.000,- hasil penjualan kalung emas eyangbuyut putri, yangkung bersama eyangbuyut kakung mas Naufal berangkat ke Yogyakarta. Singkat ceritanya resmilah yangkung menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, setelah melakukan pendaftaran ulang. Saking senangnya sudah menjadi mahasiswa, yangkung dan eyangbuyut kakung yang saat itu mengenakan sarung, dan peci dari Karangmalang  (Kampus Farmasi) pulang ke Sendowo (tempat kos yangkung) dengan berjalan kaki.

Saat santai di sore harinya eyangbuyut kakung berkata, besuk saya akan pulang ke Lampung le (nak)? Karena yangkung tahu kalau eyangbuyut kakung asli dari Pemalang yangkung lalu bertanya, apakah bapak tidak mampir ke Pemalang?

Tidak, jawab beliau sambil berkata kalau uangnya tinggal Rp 4.000,-.

Selanjutnya beliau berpesan. Pertama. Hati-hati kamu menuntut ilmu disini jauh dari orang tua, dan saudara; Bapak, ibu hanya bisa mendo'akan semoga kamu lancar, dan sukses dalam studimu.

Kedua. Jangan sekali -- kali kamu berkirim surat kepada orang tua mengabarkan sakit, kamu baru boleh berkirim surat mengabarkan sakit kalau sakitmu sudah parah, dan akan meninggal. Siap laksanakan pak, jawab yangkung.

Mengapa yangkung menjawab siap laksanakan!

Karena yangkung dapat merasakan, betapa sedih, susah, dan prihatinnya selaku orang tua bila mendengar anaknya sakit dirantau orang. Bagi yang mampu sekalipun tetap akan merasakan hal tersebut, meski dengan mudahnya membeli tiket untuk dapat segera menjenguk anaknya yang sedang sakit dirantau orang.

Sebaliknya bagi yang kurang dan bahkan tidak mampu, tentu akan berbuat sekuat tenaga meski dengan mencari pinjaman, atau menjual barang -- barang yang dimiliki untuk membeli tiket agar dapat segera menjenguk anaknya yang sedang sakit dirantau orang.

Coba dibayangkan betapa kecewa, sedih, susah, menderita, dan merasa dibohongi oleh sang anak manakala si orang tua baik yang mampu, lebih-lebih yang kurang atau tidak mampu setelah sampai ditempat studi anak, sang anak tidak ditemukan ditempat karena sedang bermain dengan teman -- temannya. 

Hanya itu mas Naufal yang yangkung dapat berikan sebagai bekal perjalananmu menempuh studi di Canada; 

Sudah barang tentu mas Naufal tidak harus mengikuti seperti perjalanan yang pernah yangkung lalui, tetapi ambillah hikmah dari cerita yangkung tadi. 

Yang baik diambil yang tidak baik dibuang, 

dan teriring do'a yangkung - yangti

semoga sukses studimu di Mc. Master Canada, amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun