Hanya sampai disitu lalu yangkung, dan eyangbuyut kakung pulang ke rumah setelah memasukkan, dan menata barang dagangan ke dalam toko. Karena memang demikianlah kegiatan eyangbuyut kakung kalau pagi hari mau jualan barang -- barang di keluarkan dari dalam toko, sore hari barang -- barang dimasukkan kembali ke dalam toko baru pulang ke rumah.
Malam harinya pembicaraan saat di toko berulang kembali, tetapi tidak hanya yangkung dan eyangbuyut kakung saja, melainkan eyangbuyut putri juga ada. Karena eyangbuyut kakung menemui jalan buntu akhirnya eyangbuyut putri masuk ke kamar, dan keluar sambil berkata dan menunjukkan ini ibu punya kalung emas 20 gram, jualah mudah -- mudahan bisa untuk keperluanmu mendaftar ulang.
Puji syukur yangkung panjatkan kehadirat Allah bahwasanya ibu yangkung yang tidak lain adalah eyangbuyut putri mas Naufal, menjadi dewa penolong saat yangkung akan menuntut ilmu ke Yogyakarta.
Inilah gambaran tanggung jawab orang tua terhadapÂ
anak -- anaknya ibarat kaki jadi kepala,Â
kepala jadi kakiÂ
segalanya dilakukan demi kesuksesan anak -- anaknya.Â
Ingat - ingatlah.Â
Akhirnya dengan berbekal uang Rp 20.000,- hasil penjualan kalung emas eyangbuyut putri, yangkung bersama eyangbuyut kakung mas Naufal berangkat ke Yogyakarta. Singkat ceritanya resmilah yangkung menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, setelah melakukan pendaftaran ulang. Saking senangnya sudah menjadi mahasiswa, yangkung dan eyangbuyut kakung yang saat itu mengenakan sarung, dan peci dari Karangmalang  (Kampus Farmasi) pulang ke Sendowo (tempat kos yangkung) dengan berjalan kaki.
Saat santai di sore harinya eyangbuyut kakung berkata, besuk saya akan pulang ke Lampung le (nak)? Karena yangkung tahu kalau eyangbuyut kakung asli dari Pemalang yangkung lalu bertanya, apakah bapak tidak mampir ke Pemalang?
Tidak, jawab beliau sambil berkata kalau uangnya tinggal Rp 4.000,-.