Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gelas Kosong 2

29 Maret 2021   11:31 Diperbarui: 29 Maret 2021   12:03 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita sudah meyakini konstitusional manusia ini, bukankah ini berarti bila kita berbuat baik kepada orang lain, sama saja kita berbuat baik bagi diri kita sendiri? Dan bila kita berbuat jahat kepada orang lain, sama saja kejahatan itu bagi diri kita sendiri? Bila kita menyadari akan hal tersebut, lalu apa gunanya kita berbuat jahat kepada orang lain? Tentunya akan lebih baik bila kita berbuat baik kepada orang lain, karena sesungguhnya perbuatan baik  kepada  orang  lain itu, hakekatnya adalah berbuat baik bagi diri kita sendiri.

Surat Al Israa' ayat 7. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Mari dirasakan melalui roso pangroso, dan bersiap diri layaknya Gelas Kosong untuk mewadahi kebenaran sejati. Kalau setelah dikaji dan dirasakan memang seharusnya demikian, mari segera berhijrah meninggalkan pemahaman, dan kebiasaan lama. Kemudian memperbaikinya mulai saat ini juga sesuai dengan perintah, dan petunjuk-Nya mumpung masih punya waktu, dan kesempatan.

Yang perlu diingat, Ruh Suci  yang  ditiupkan  kedalam diri orang yang berbeda paham, dan berbeda keyakinan sekalipun adalah sama dengan Ruh Suci yang ditiupkan kedalam diri kita sendiri. Hendaklah kita tidak beranggapan bahwa Ruh Suci yang langsung berasal dari Yang Maha Suci hanya yang bersemayam didalam diri kita saja, atau yang bersemayam dalam diri orang - orang dari satu agama tertentu saja. Sedangkan Ruh Suci yang bersemayam dalam diri orang  yang  berbeda  agama  atau keyakinan,  dianggap berasal dari pandai besi lalu diperlakukan semena-mena, misalnya. Sudah barang tentu, anggapan seperti itu adalah jauh dari kebenaran.

Selanjutnya penulis mohon maaf kepada saudara - saudaraku pembaca budiman, karena contoh pengajian bertingkat ayat -- ayat Allah yang tertulis baru dapat penulis sajikan sampai disini dahulu, sedangkan contoh pengajian lebih lanjut dari sabda Nabi Muhammad Saw. baru akan penulis sajikan pada artikel selanjutnya. Sehubungan dengan hal tersebut  kepada saudara -- saudaraku yang serius, dan ingin mengaji atau mempelajari ayat -- ayat Allah yang tertulis (Al Qur'an) sebagai langkah nyata dalam memperbaiki diri demi meningkatnya derajat takwa, dan sekaligus mewariskan cara menggapai kebenaran sejati kepada anak -- cucu generasi penerus bangsa dimohon bersabar, dan tetap memposisikan diri layaknya Gelas Kosong untuk mengikuti artikel kelanjutannya dengan judul Manusia Tidak Sendirian. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun