Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati ( berasal ) dari tanah ( surat Al Mukminuun ayat 12 ). Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani ( yang disimpan ) dalam tempat yang kokoh / rahim ( surat Al Mukminuun ayat 13 ). Kemudian air mani itu  Kami  jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan  segumpal  daging  itu  Kami jadikan  tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka  Maha  Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik (surat Al Mukminuun ayat 14).Â
Begitu riwayat singkat pembentukan manusia, setelah Nabi Adam, As. Bila dicermati kiranya dapat dipahami bahwa peran orang tua dalam pembentukan manusia hanya sebatas sarana, atau lantaran dalam pembentukan lahiriyah manusianya saja. Sampai disini makhluk yang berbentuk lain yang disebutkan dalam ayat tersebut belum dapat disebut manusia, tepatnya disebut sebagai boneka manusia. Mengapa? Karena yang terbentuk baru satu unsurnya saja yang tampak mata, atau kasat mata, dan disebut sebagai wadag, atau badan, atau jazad manusia.
Selanjutnya mari kita tingkatkan pengajian kita dengan olah pikir, lalu bertanya sebagai berikut. Apakah  makhluk yang berbentuk lain atau boneka manusia tadi, hanya khusus untuk kelompok manusia tertentu saja? Misal. Apakah bentukan manusia ini, hanya untuk penganut agama tertentu saja? Tidak! Apakah bentukan manusia ini hanya untuk mereka yang sama warna kulit, dan bahasanya saja? Tidak! Apakah bentukan manusia ini, hanya untuk mereka yang mempunyai status sosial ekonomi tertentu saja? Tidak! Dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya.
Kalau dari semua pertanyaan tadi jawabannya tidak, lalu makhluk yang berbentuk lain atau boneka manusia tadi diperuntuk untuk siapa? Kalau memang ingin mengetahui untuk siapa peruntukannya, jawabannya adalah Allah menghendaki makhluk yang berbentuk lain atau boneka manusia tadi untuk semua manusia apapun suku bangsa, dan bangsanya supaya saling kenal mengenal; Dan apapun warna kulit, dan bahasanya sebagai tanda bagi orang -- orang yang mengetahui sebagaimana difirmankan dalam Al Qur'an.Â
Surat Al Hujurat ayat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.Â
Surat Ar Ruum ayat 22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dari uraian tersebut mudah -- mudahan menjadi kejelasan bagi kita semua bahwa manusia diciptakan  berbangsa -- bangsa, dan bersuku -- suku bangsa, serta berlain -- lainan bahasa dan warna kulitnya itu adalah kehendak Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, dan bukan karena keinginan manusia yang diciptakan. Oleh karena itu mari kita sebagai sesama makhluk ciptaan Allah yang namanya manusia hendaklah dapat saling hormat menghormati, saling harga menghargai, dan menjauhkan diri dari perbuatan jahil, sirik, dengki, dan perbuatan - perbuatan buruk lain kepada sesama; Karena Allah menghendaki agar kita dapat saling kenal -- mengenal tanpa membeda -- bedakan satu dengan yang lainnya, apapun status sosial ekonomi, dan agamanya.
Apakah pengajian sampai disini sudah bisa dianggap kita telah melaksanakan sabda Nabi? Sudah tetapi baru sebagian, sehingga kita belum dapat mengatakan siapa sesungguhnya manusia sejati itu. Karena yang kita ketahui baru sampai disisi lahiriyahnya, dan itupun baru disebut boneka manusia. Lalu bagaimana agar kita dapat mengetahui dengan benar, siapa sesungguhnya manusia sejati itu? Untuk itu mari kita lanjutkan dengan olah pikir ketingkat selanjutnya. Â
Mengapa makhluk yang berbentuk lain, disebut boneka manusia? Disebut boneka karena makhluk yang berbentuk lain tadi belum bernafas, dan untuk sempurnanya menjadi manusia sejati apabila Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa telah meniupkan Ruh kedalamnya. Barulah menjadi manusia sejati yang terdiri atas 2 unsur besar. Pertama, unsur lahiriyah yang tampak mata atau kasat mata karena tercipta dari saripatinya tanah, yaitu wadag atau badan, atau jazad manusia, dan bersifat nyata. Kedua, unsur batiniyah yang tidak tampak mata atau tan kasat mata karena berupa Ruh langsung dari Yang Maha Suci, atau Yang Maha Gaib, dan bersifat gaib.
Surat Al Hijr ayat 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadian-nya, dan telah meniupkan kedalamnya Ruh(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.Â
Surat shaad ayat 72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.                                           Â